PEMERIKSAAN SUBSTANTIF TERHADAP PERPERSEDIAAN
DESKRIPSI PERPERSEDIAAN
Perpersediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk
dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan
dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual.
Kekayaan perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok persediaan
karena kekayaan tersebut tidak dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan
adalah perpersediaan yang menunggu saat penjualan dan surat berharga yang
disimpan untuk dijual di kemudian hari.
Di dalam perusahaan dagang, perpersediaan terutama terdiri dari perpersediaan
barang dagangan.
Dalam perusahaan manufaktur, perpersediaan terdiri dari perpersediaan bahan
baku dan bahan penolong, perpersediaan produk dalam proses, perpersediaan
produk jadi, perpersediaan suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory
supplies).
Perpersediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di
dalam auditnya karena berbagai alasan berikut ini:
1.
Umumnya perpersediaan
merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup material dan merupakan
objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
2.
Penentuan besarnya
nilai perpersediaan secara langsung mempengaruhi kos barang yang dijual (cost
of good sold) sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan laba tahun yang
bersangkutan.
3.
Verifikasi
kuantitas, kondisi, dan nilai perpersediaan merupakan tugas yang lebih kompleks
dan sulit dibanding dengan verifikasi sebagian besar unsur laporan keuangan
yang lain.
4.
Seringkali perpersediaan
disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan pengawasan dan penghitungan
fisiknya.
5.
Adanya berbagai
macam perpersediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam melaksanakan
auditnya.
Perkara McKesson & Robbins
Pada tahun 1939, di U.S.A. terjadi peristiwa penipuan besar yang menyangkut
persediaan. Sebuah perusahaan obat-obatan yang bernama McKesson &Robbins,
Inc. menyajikan laporan keuangannya yang di antaranya berisi aktiva fiktif
sebesar US$19,000,000, yang kirakira sama dengan 25% dari total aktivanya.
Dari jumlah aktiva fiktif tersebut, termasuk di dalamnya persediaan fiktif
sebesar US$10,000,000. Pada saat itu auditor independen yang melaksanakan audit
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, tanpa dapat menunjukkan adanya
penggelapan tersebut. Standar auditing yang berlaku saat itu tidak mewajibkan
auditor melaksanakan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
(inventory count observation).
Setelah adanya perkara tersebut, profesi akuntan publik di U.S.A. kemudian
menerapkan standar auditing baru yang mengharuskan auditor independen
melakukan pengamatan (observation) terhadap penghitungan fisik perpersediaan
yang dilakukan oleh kliennya. Standar tersebut berlaku sampai sekarang, dan
profesi akuntan publik di Indonesia juga mengharuskan hal yang sama terhadap
anggota profesinya.
PRINSIP AKUNTANSI BERLAKU UMUM DALAM PENYAJIAN PERPERSEDIAAN
DALAM NERACA
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap perpersediaan, perlu
diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi berlaku umum dalam penyajian perpersediaan
di neraca berikut ini:
1.
Laporan keuangan
harus menjelaskan bahwa persediaan dinilai dengan lower of cost or market dan
harus menyebutkan metode yang digunakan dalam menentukan kos persediaan.
2.
Jika persediaan
dinyatakan pada kosnya, nilai pasarnya pada tanggal neraca harus dicantumkan
dalam tanda kurung, dan jika persediaan diturunkan nilainya pada harga
pasarnya, kosnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. Kos pengganti kini
(current replacement cost) harus dicantumkan dalam laporan keuangan untuk persediaan
yang kosnya ditentukan berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama.
3.
Akibat perubahan
metode penilaian persediaan terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit
harus dijelaskan dalam laporan keuangan dan auditor harus menyatakan perkecualian
mengenai konsistensi penerapan prinsip akuntansi berlaku umum dalam laporan
audit.
4.
Penjelasan yang
lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan jika persediaan digadaikan sebagai
jaminan utang yang ditarik oleh klien.
5.
jika jumlahnya
material, persediaan dalam perusahaan manufaktur harus dikelompokkan menurut
kelompok utama berikut ini: persediaan produk jadi, persediaan produk dalam
proses, dan persediaan bahan baku. Penyajian kelompok persediaan tersebut
dalam neraca berdasarkan urutan likuiditasnya.
6.
Perjanjian pembelian harus dijelaskan
dalam laporan keuangan, jika jumlahnya material atau bersifat luar biasa.
7.
Cadangan untuk menghadapi kemungkinan
turunnya harga persediaan setelah tanggal neraca harus dibentuk dengan
menyisihkan sebagian laba yang ditahan. Cadangan ini tidak boleh dikurangkan
dari persediaan, namun harus disajikan sebagai pengurang akun Laba Ditahan.
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PERSEDIAAN
Tujuan audit terhadap persediaan adalah:
1. Memperoleh
keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan persediaan
2. Membuktikan
asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3. Membuktikan
asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan persediaan yang dicatat
dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo persediaan yang disajikan di
neraca.
4.
Membuktikan asersi
hak kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca.
5.
Membuktikan
asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca.
6.
Membuktikan asersi
penyajian dan pengungkapan persediaan di neraca.
Rerangka tujuan
pengujian substantif terhadap persediaan dilukiskan pada Gambar berikut :

MEMPEROLEH KEYAKINAN TENTANG KEANDALAN CATATAN AKUNTANSI
YANG BERSANGKUTAN DENGAN PERSEDIAAN.
Sebelum auditor melakukan pengujian substantif terhadap kewajaran saldo persediaan
yang dicantumkan di neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi persediaan yang
disajikan di neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo persediaan
yang dicantumkan di neraca dengan akun persediaan di buku besar dan selanjutnya
ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (jika klien menggunakan
voucher system dengan basis waktu), jurnal pengeluaran kas atau check
register (jika klien menggunakan voucher system dengan basis tunai),
jurnal pemakaian bahan baku, jurnal umum, dan ke buku pembantu persediaan.
MEMBUKTIKAN ASERSI KEBERADAAN PERSEDIAAN YANG DICANTUMKAN
DI NERACA DAN KETERJADIAN TRANSAKSI YANG BERKAITAN DENGAN PERSEDIAAN.
Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian
ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai
dengan aktiva sesungguhnya yang dimiliki oleh klien. Untuk tujuan ini, auditor
melakukan berbagai prosedur audit guna membuktikan eksistensi aktiva yang
bersangkutan dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut,
membuktikan kelengkapan aktiva yang disajikan di neraca dan transaksi yang
berkaitan dengan aktiva tersebut, membuktikan kepemilikan atas aktiva tersebut,
membuktikan kewajaran penilaian aktiva tersebut pada tanggal neraca,
membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tersebut di dalam
laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan pengujian substantif terhadap persediaan,
salah satu tujuan auditnya adalah untuk membuktikan asersi keberadaan secliaan
yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
Untuk membuktikan asersi tersebut, auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini:
1. Prosedur
analitik
2. Pemeriksaan
bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3. Pengujian pisah
batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
4. Pengamatan
terhadap penghitungan fisik persediaan.
5. Konfirmasi persediaan
yang berada di tallgan pihak luar.
MEMBUKTIKAN ASERSI KELENGKAPAN TRANSAKSI YANG
BERKAITAN DENGAN PERSEDIAAN YANG DICATAT DALAM CATATAN AKUNTANSI DAN
KELENGKAPAN SALDO PERSEDIAAN YANG DISAJIKAN DI NERACA.
Untuk membuktikan bahwa saldo persediaan yang
dicantumkan di neraca mencakup semua persediaan pada tanggal neraca dan
mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan persediaan dalam tahun yang
diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian
analitik.
2. Pemeriksaan
bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3. Pengujian
pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
4. Pengamatan terhadap
penghitungan fisik persediaan.
5. Konfirmasi
persediaan yang berada di tangan pihak luar.
Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan
berkurangnya persediaan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan
saldo persediaan pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan persediaan akan berdampak
langsung terhadap perhitungan saldo akun persediaan dan kos barang yang dijual
(cost of goods sold). Oleh karena itu, salah satu pengujian substantif untuk
membuktikan asersi kelengkapan persediaan adalah pemeriksaan terhadap ketepatan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan persediaan.
MEMBUKTIKAN ASERSI HAK KEPEMILIKAN KLIEN ATAS PERSEDIAAN
YANG DICANTUMKAN DI NERACA.
Persediaan yang ada pada tanggal neraca belum tentu
merupakan hak milik klien, karena persediaan yang ada di tangan klien merupakan
barang titipan perusahaan lain atau digadaikan sebagai jaminan penarikan utang.
Untuk membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan
di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
l. Pemeriksaan
bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
2. Pengujian
pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3. Konfirmasi persediaan
yang berada di tangan pihak luar.
4. Pemeriksaan
perjanjian konsinyasi.
MEMBUKTIKAN ASERSI PENILAIAN PERSEDIAAN YANG
DICANTUMKAN DI NERACA. Seperti
tersebut dalam prinsip akuntansi berlaku umum dalam penyajian persediaan di
neraca, persediaan harus disajikan di neraca pada nilainya pada tanggal neraca.
Nilai persediaan yang disajikan di neraca harus dipilih di antara mana yang
lebih rendah antara kos dengan harga pasar persediaan tersebut pada tanggal
neraca. Oleh karena itu, salah satu tujuan pengujian substantif persediaan
adalah membuktikan kewajaran inventory costing dan inverrtoly pricing yang
digunakan oleh klien dalam mencantumkan nilai persediaan di neraca. Untuk
membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca, auditor
melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian
analitik.
2. Pemeriksaan
bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3. Pengamatan
terhadap penghitungan fisik persediaan.
4. Permintaan
informasi mengenai metode penilaian persediaan yang digunakan oleh klien.
5. Pemeriksaan
kesesuaian kos per satuan persediaan dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
6. Pemeriksaan
catatan pendukung yang berkaitan dengan data kos per satuan persediaan.
7. Pelaksanaan
gross-profit test.
8. Meminta surat
representasi persediaan dari klien.
MEMBUKTIKAN ASERSI PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
DI NERACA.
Penyajian unsurunsur laporan keuangan dan pengungkapannya harus didasarkan
pada prinsip akuntansi berlaku umum. Pengujian substantif terhadap persediaan
diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah unsur persediaan
telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum. Untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan persediaan
yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Pemeriksaan terhadap
perjanjian konsinyasi.
2. Pemeriksaan penggolongan persediaan
dalam neraca.
3. Pemeriksaan pengungkapan persediaan
di neraca.
PROGRAM PENGUJIAN
SUBSTANTIF TERHADAP SALDO PERSEDIAAN
Program pengujian substantif terhadap persediaan berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas
seperti ditampilkan pada tabel berikut :
Prosedur audit
|
Kertas Kerja
|
Tgl
Pelaksa-
naan
|
Pelak-sana
|
Prosedur Audit
Awal
1.Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun persediaan
yang akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo persediaan
yang tercantum di neraca ke saldo akun persediaan yang bersangkutan di buku
besar,
b. Hitung
kembali saldo akun persediaan di buku besar.
c. Lakukan
review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun Persediaan
dan Cadangan Depresiasinya.
d Usut saldo
awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
e Usut posting
pendebitan dan pengkreditan akun Persediaan ke dalam jurnal yang
bersangkutan.
f. Lakukan
rekonsiliasi akun kontrol Persediaan dalam bui<u besar ke buku pembantu persediaan
Prosedur
Analitik
2. Lakukan
prosedur analitik.
a. Hitung ratio berikut ini:
(1) Tingkat perputaran persediaan
(2) Ratio laba bersih dengan persediaan
(3) Ratio persediaan dengan volume penjualan yang diharapkan
Pengujian
terhadap Transaksi Rinci
3. Melalui
pengujian, lakukan pemeriksaan atas dokumen pendukung transaksi yang dicatat
dalam akun persediaan
4. Lakukan
pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan
Pengujian terkahap
Saldo Akun Rinci
7. Lakukan
pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan.
8. Konfirmasi persediaan
yang berada di tangan pihak luar.
9. Periksa
perjanjian konsinyasi
Verifikasi
Penyajian dan Pengungkapan
10. Bandingkan penyajian persediaan dengan prinsip
akuntansi berlaku umum
a. Periksa
klasifikasi persediaan di neraca.
b. Periksa
pengungkapan yang bersangkutan dengan persediaan.
|
|
|
|
Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo persediaan yang
dicantumkan oleh klien di neracanya sesuai dengan persediaan yang benar-benar
ada pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi persediaan
yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor
memperoleh keyakinan bahwa informasi persediaan yang dicantumkan di neraca
didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya.
Oleh karena itu, auditor melakukan 5 prosedur audit
berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi persediaan di neraca dengan
catatan akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut
saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun Persediaan yang
bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung
kembali saldo akun Persediaan di buku besar.
3. Usut
saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
4. Usut
posting pendebitan dan pengkreditan akun Persediaan ke jurnal yang
bersangkutan.
5. Lakukan
rekonsiliasi buku pembantu Persediaan dengan akun kontrol Persediaan di buku
besar.
Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal
dalam pengujian substantif terhadap persediaan.
USUT SALDO PERSEDIAAN YANG TERCANTUM DI NERACA KE
SALDO AKUN PERSEDIAAN YANG BERSANGKUTAN DI DALAM BUKU BESAR.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo persediaan yang
tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya
kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo persediaan yang dicantumkan di
neraca diusut ke akun buku besar berikut ini:
Persediaan Bahan Baku
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi pembelian
bahan baku, retur pembelian, transaksi pemakaian bahan baku, retur bahan baku
ke gudang, dan adjustment hasil penghitungan fisik persediaan.
Persediaan Produk dalam Proses
Akun ini digunakan untuk mencatat kos produk dalam
proses pada tanggal neraca.
Persediaan Produk Jadi
Akun ini digunakan untuk mencatat kos produk jadi yang
ditransfer dari Bagian Produksi ke Bagian Gudang, kos produk jadi yang dikirim
ke pembeli, dan adjustment hasil penghitungan fisik persediaan.
Persediaan Suku Cadang
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi
pembelian dan pemakaian suku cadang, serta adjustment hasil penghitungan fisik persediaan
Persediaan Bahan Habis Pakai Pabrik
(Factory Supplies)
Akun ini digunakan untuk mencatat
transaksi pembelian dan pemakaian bahan habis pakai pabrik (seperti minyak
pelumas) serta adjustment hasil penghitungan fisik persediaan.
HITUNG KEMBALI SALDO AKUN PERSEDIAAN DI
DALAM BUKU BESAR.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai
ketelitian penghitungan saldo akun persediaan, auditor menghitung kembali saldo
akun persediaan, dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan
mengurangnya dengan jumlah pengkreditan tiap-tiap akun kontrol tersebut.
USUT POSTING PENDEBITAN DAN
PENGKREDITAN AKUN PERSEDIAAN KE DI DALAM JURNAL YANG BERSANGKUTAN.
Pendebitan di dalam berbagai akun persediaan
tersebut kemudian diusut ke jurnal pembelian (atau register bukti kas
keluar), atau ke jurnal pengeluaran kas (atau check register), dan
pengkreditan ke akun tersebut diusut ke jurnal pemakaian bahan baku dan jurnal umum untuk
memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan persediaan berasal
dari jurnal-jurnal yang bersangkutan.
USUT SALDO AWAL AKUN PERSEDIAAN KE
KERTAS KERJA TAHUN YANG LALU.
Sebelum auditor melakukan pengujian
terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun Persediaan, ia perlu memperoleh
keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun tersebut. Untuk mencapai tujuan
ini, auditor melakukan pengusutan saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja
tahun yang lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang
berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu,
sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh
klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.
LAKUKAN REKONSILIASI BUKU PEMBANTU PERSEDIAAN
DENGAN AKUN KONTROL PERSEDIAAN YANG BERSANGKUTAN DI DALAM BUKU BESAR.
Saldo akun kontrol Sedlaan dl dalam
buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu persediaan
yang bersangkutan untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan persediaan dapat dipercaya ketelitiannya.
Prosedur Analitik
Prosedur analitik ini merupakan
pengecekan secara menyeluruh mengenai kewajaran persediaan yang disajikan di
neraca. Dalam prosedur ini, auditor menghitung berbagai ratio yang bersangkutan
dengan persediaan, misalnya tingkat perputaran berbagai kelompok persediaan,
dan jika terdapat fluktuasi ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor
berkewajiban mendapatkan penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi
ratio tersebut. Hubungan antara tingkat perputaran persediaan, tingkat persediaan
pada tanggal neraca, dan volume penjualan semuanya harus mendukung
pengujian-pengujian substantif yang telah dilakukan oleh auditor.
Ratio berikut ini seringkali digunakan
oleh auditor dalam pengujian analitik terhadap persediaan:
Ratio
|
Formula
|
1. Tingkat
perputaran persediaan
Persediaan produk jadi
Persediaan produk dalam proses
Persediaan bahan baku
Persediaan
barang dagangan
2.
Ratio persediaan dengan aktiva lancar
3.
Ratio laba bruto dengan hasil penjualan
|
Kos produk yang dijual : Rata-rata
saldo persediaan produk jadi
Kos produksi : Rata-rata saldo persediaan
produk dalam proses
Biaya bahan baku : Rata-rata saldo
persediaan bahan baku
Kos produk yang dijual : Rata-rata saldo persediaan
barang dagangan
Persediaan : Aktiva lancar
Laba bruto : hasil penjualan
bersih
|
Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan
kemudian dibandingkan dengan angka harapan (ratio yang sama dari data masa
lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) akan dapat
memberikan indikasi bagi auditor ke fokus mana perhatian auditor perlu
diarahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan saldo akun rinci.
Misalnya, kenaikan tingkat persediaan produk jadi yang
tidak disertai dengan kenaikan pembelian, produksi, dan penjualan mungkin
sebagai akibat dari salah saji yang berkaitan dengan keberadaan dan penilaian persediaan
produk jadi.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo Persediaan sangat ditentukan oleh
keterjadian transaksi berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun
Piutang Usaha:
a. Transaksi
pembelian
b. Transaksi
penjualan, dan
c. Transaksi
pemakaian.
Di samping itu, keandalan saldo akun Persediaan
ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat
berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh karena itu, auditor melakukan
pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mendebit dan mengkredit akun
Persediaan dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi
yang berkaitan dengan akun tersebut.
Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Persediaan
ke Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku
pembantu persediaan. Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut
ini:
1. Sampel akun persediaan
yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
2. Sampel
transaksi yang dicatat dalam akun persediaan pilihan.
PERIKSA PENDEBITAN AKUN PERSEDIAAN KE DOKUMEN
PENDUKUNG: BUKTI KAS KELUAR, FAKTUR PEMBELIAN, LAPORAN PENERIMAAN BARANG, DAN
SURAT ORDER PEMBELIAN.
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di
sebelah debit akun persediaan yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur
audit berikut ini:
1. Mengambil
dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya: faktur
pembelian, laporan pengiriman barang dan order penjualan.
2. Memeriksa
kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3.
Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan
dokumen pendukungnya.
4. Memeriksa
kebenaran data yang di-posting ke dalam akun persediaan berdasarkan hukti kas
keluar.
5. Memastikan
bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah debit akun persediaan.
PERIKSA PENGKREDITAN AKUN PERSEDIAAN KE DOKUMEN
PENDUKUNG: FAKTUR PENJUALAN, LAPORAN PENGIRIMAN BARANG, BUKTI PEMAKAIAN BARANG
GUDANG, MEMO DEBIT UNTUK RETUR PEMBELIAN.
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di
sebelah kredit akun persediaan yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan
prosedur audit berikut ini:
1. Mengambil dari arsip klien faktur penjualan,
bukti pemakaian barang gudang dan memo debit beserta dokumen pendukungnya:
surat permintaan barang (material requisitions) dan laporan pengiriman barang.
2. Memeriksa
kelengkapan dokumen yang mendukung faktur penjualan, surat pemakaian barang
gudang, dan memo debit.
3. Memeriksa
kesesuaian data yang tercantum dalam faktur penjualan, surat pemakaian barang
gudang, dan memo debit dan dokumen pendukungnya.
4. Memeriksa
kebenaran data yang di posting ke dalam akun persediaan berdasarkan faktur
penjualan, surat pemakaian barang gudang, dan memo debit.
5. Memastikan bahwa semua faktur penjualan,
surat pemakaian barang gudang, dan memo debit yang disampel telah dicatat di
sebelah kredit akun persediaan.
Pengujian Pisah Batas Transaksi yang Berkaitan dengan Persediaan
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien
menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi
pembelian, penjualan, dan pemakaian persediaan yang termasuk dalam tahun yang
diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya.
Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya
adalah transaksi pembelian, penjualan, dan pemakaian persediaan yang seharusnya
diakui sebagai pendapatan atau biaya dalam tahun berikutnya, dicatat oleh klien
sebagai pendapatan atau biaya dalam tahun yang diaudit.
Di lain pihak, transaksi pembelian, penjualan, dan pemakaian dalam tahun
yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai pendapatan atau biaya tahun
berikutnya. Dengan demikian, jika klien tidak konsisten dalam menggunakan
tanggal pisah batas, perhitungan rugi laba tahun yang diaudit akan terpengaruh
langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaksi
pembelian, penjualan, dan pemakaian persediaan dalam beberapa minggu sebelum
dan sesudah tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan yang tepat terhadap
pengakuan pendapatan dan biaya.
PERIKSA DOKUMEN YANG MENDUKUNG TRANSAKSI PEMBELIAN DALAM
MINGGU TERAKHIR TAHUN YANG DIAUDIT DAN MINGGU PERTAMA SETELAH TANGGAL NERACA.
Prosedur audit ini dilakukan oleh auditor dengan cara memilih transaksi
pembelian yang dicatat di dalam register bukti kas keluar dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Dari jurnal ini
kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya berupa surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur dari pemasok. Informasi yang diperlukan oleh auditor untuk menguji
ketepatan pisah batas adalah:
(a) syarat pembelian (f.o.b shipping
point, f.o.b destination), yang dapat diperoleh auditor dari surat order
pembelian dan faktur dari pemasok,
(b) tanggal penerimaan barang, yang dapat diperoleh auditor dari laporan
penerimaan barang, dan
(c) tanggal pencatatan ke dalam catatan akuntansi (register bukti kas
keluar).
PERIKSA DOKUMEN YANG MENDUKUNG BERKURANGNYA PERSEDIAAN
(KARENA TRANSAKSI PENJUALAN ATAU PEMAKAIAN SENDIRI) DALAM MINGGU TERAKHIR TAHUN
YANG DIAUDIT DAN MINGGU PERTAMA SETELAH TANGGAL NERACA.
Prosedur audit lnl dilakukan oleh auditor dengan cara memilih transaksi
penjualan yang dicatat di dalam jurnal penjualan dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Dari jurnal ini
kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa faktur penjualan dan dokumen
pendukungnya berupa surat order pengiriman, laporan pengiriman barang, dan
surat muat (bill of lading). Informasi yang diperlukan oleh auditor untuk
menguji ketepatan pisah batas transaksi penjualan persediaan adalah:
(a)
syarat penjualan
(f.o.b shipping poirlt, f.o.b destination), yang dapat diperoleh auditor dari
surat order pengiriman dan faktur penjualan,
(b)
tanggal pengiriman
barang, yang dapat diperoleh auditor dari laporan pengiriman barang, dan
(c)
tanggal pencatatan
ke dalam catatan akuntansi (jurnal penjualan). Untuk transaksi pemakaian persediaan,
auditor memeriksa transaksi pemakaian barang dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Dari jurnal ini kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa bukti
permintaan dan pemakaian barang gudang. Untuk mengetahui ketepatan pisah batas
yang diterapkan oleh klien terhadap transaksi pemakaian persediaan, auditor
membandingkan tanggal pencatatan di dalam jurnal pemakaian bahan baku atau
jurnal umum dengan tanggal yang tercantum di dalam bukti permintaan dan
pengeluaran barang gudang.
Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
Pengamatan terhadap Penghitungan Fisik Persediaan
Untuk membuktikan asersi
(1) keberadaan dan keterjadian,
(2) kelengkapan, dan
(3) penilaian persediaan,
auditor melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan. Prosedur
audit yang ditempuh oleh auditor dalam melaksanakan pengamatan terhadap
penghitungan fisik persediaan adalah:
(1) memeriksa instruksi tertulis mengenai penghitungan fisik persediaan,
(2) melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan yang
dilakukan oleh klien.
PERIKSA INSTRUKSI TERTULIS MENGENAI PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN.
Instruksi tertulis mengenai penghitungan fisik persediaan sebaiknya disusun
bersama antara klien dengan auditor independen, sehingga jika instruksi
tersebut digunakan untuk melaksanakan penghitungan fisik persediaan, tidak
terjadi pengajuan keberatan-keberatan oleh auditor karena pertimbangan
ketelitian dan keandalan prosedur penghitungan atas persediaan. Auditor harus
memeriksa instruksi tertulis yang dibuat oleh klien untuk memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian dan keandalan data hasil penghitungan fisik persediaan.
LAKUKAN PENGAMATAN TERHADAP PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN
YANG DILAKUKAN OLEH KLIEN.
Penghitungan fisik persediaan merupakan prosedur yang harus dilaksanakan
oleh klien untuk menjamin ketelitian data persediaan yang dicatat di dalam
catatan akuntansinya. Biasanya karena penyimpanan di gudang, persediaan
mengalami perubahan kondisi fisiknya, rusak, atau kemungkinan hilang karena
dicuri. Oleh karena itu, secara periodik klien harus menyelenggarakan
penghitungan fisik persediaan yang disimpan di gudang untuk menyesuaikan data persediaan
di dalam catatan akuntansinya dengan keadaan fisik persediaan yang ada di
gudang. Prosedur audit ini dilaksanakan oleh auditor dengan dua tujuan:
(1) untuk menguji efektif atau tidaknya struktur pengendalian intern
terhadap persediaan dan
(2) untuk menguji kewajaran informasi persediaan yang
dicantumkan di neraca.
Oleh karena itu, pengamatan terhadap penghitungan
fisik persediaan disebut dengan Dual Purpose Test, yaitu pengujian yang
mempunyai tujuan ganda seperti tersebut di atas. Pengamatan terhadap
penghitungan fisik persediaan dalam pengujian substantif ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa klien telah mengadjust catatan akuntansinya berdasarkan data
hasil penghitungan fisik persediaan yang andal.
Dalam prosedur pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
ini, auditor melakukan kegiatan berikut ini:
a. Melakukan
hitung uji (test count) terhadap penghitungan fisik yang dilakukan oleh klien.
Penghitungan uji ini dilakukan untuk mengecek ketelitian penghitungan fisik
yang dilakukan oleh klien.
b. Melakukan
compilation test, yaitu pengujian penyalinan data di dalam kartu penghitungan
fisik (inventory tags) ke dalam daftar hasil penghitungan fisik (inventory
summary sheets). Prosedur audit ini dimaksudkan untuk mengecek ketelitian
penyalinan data dari kartu penghitungan fisik ke dalam daftar hasil
penghitungan fisik.
c. Melakukan
pricing test, yaitu pengujian pencantuman kos per satuan setiap jenis persediaan
yang dicantumkan di dalam daftar hasil penghitungan fisik dan perkalian kos per
satuan tersebut dengan kuantitas hasil penghitungan fisik persediaan. Prosedur
audit ini dimaksudkan untuk mengecek ketelitian pencantuman harga per satuan
dan hasil perkalian kos per satuan tersebut dengan kuantitas persediaan yang
dicantumkan di dalam daftar hasil penghitungan fisik.
d.
Melakukan adjustment test, yaitu pengujian adjustment yang dilakukan
oleh klien terhadap data persediaan di dalam kartu persediaan atas dasar data
yang tercantum di dalam daftar hasil penghitungan fisik. Prosedur audit ini
dimaksudkan untuk mengecek apakah catatan akuntansi persediaan telah di-adjust
dengan data yang benar dari hasil penghitungan fisik persediaan.
Kirimkan Surat Konfirmasi Persediaan yang Disimpan di
Gudang Pihak Luar
Adakalanya klien memiliki persediaan yang disimpan di
gudang luar, di bawah wewenang penyimpanan perusahaan lain. Untuk memperoleh
keyakinan tentang eksistensi persediaan klien yang disimpan di gudang luar,
auditor perlu mengirimkan surat konfirmasi kepada perusahaan yang menyimpan persediaan
tersebut. Prosedur audit ini ditujukan untuk membuktikan asersi berikut ini:
1. Keberadaan dan keterjadian.
2. Kelengkapan.
3. Hak kepemilikan.
Persediaan yang dicantumkan di neraca perlu
diverifikasi hak kepemilikannya, karena adakalanya di gudang klien terdapat persediaan
yang merupakan barang titipan milik perusahaan lain, atau terdapat persediaan
klien yang dititipkan kepada perusahaan lain sebagai barang konsinyasi, atau persediaan
klien yang dicantumkan di neraca telah digadaikan dalam penarikan utang. Untuk
memverifikasi hak pemilikan klien terhadap persediaan yang disajikan di neraca,
auditor melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung pemerolehan persediaan,
meminta informasi dari klien mengenai barang titipan milik perusahaan lain yang
ada di tangan klien dan barang konsinyasi klien yang dititipkan perusahaan
lain, serta meminta informasi dari klien mengenai persediaan yang dijaminkan
dalam penarikan utang.
Mintalah informasi mengenai barang-barang klien yang
dijual secara konsinyasi dan barang-barang titipan yang ada di tangan klien
Informasi mengenai barang titipan milik perusahaan lain yang ada di tangan
klien dan barang milik klien yang dititipkan perusahaan lain sebagai barang
konsinyasi dapat diperoleh auditor dengan cara mewawancarai manajer bagian
pemasaran dan memeriksa arsip korespondensi antara klien dengan perusahaan yang
menitipkan barang kepada klien dan perusahaan yang dititipi barang oleh klien.
Laporan penjualan barang konsinyasi yang diterima oleh klien dari perusahaan
yang dititipi barang merupakan sumber informasi untuk mengetahui persediaan
klien yang berada di tangan perusahaan lain. Copy laporan penjualan barang
titipan yang dibuat oleh klien untuk perusahaan yang menitipkan barang
merupakan sumber informasi untuk mengetahui persediaan yang ada di tangan klien
namun bukan merupakan milik klien.
Mintalah informasi mengenai persediaan yang dijadikan jaminan
penarikan utang.
Informasi mengenai persediaan klien yang dijaminkan dalam penarikan utang
dapat diperoleh auditor dengan cara mewawancarai manajer keuangan dan mereview
jawaban konfirmasi dari bank.
Lakukan Pengujian terhadap Penilaian Persediaan
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum persediaan harus disajikan di neraca
sebesar nilainya yang lebih rendah di antara nilai pasar dan kosnya pada
tanggal neraca. Oleh karena itu, pengujian terhadap penilaian persediaan
dimaksudkan untuk menilai kewajaran penentuan nilai pasar dan kos persediaan
pada tanggal neraca.
MINTALAH INFORMASI MENGENAI METODE PENILAIAN PERSEDIAAN YANG DIGUNAKAN OLEH
KLIEN.
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum, persediaan disajikan di neraca
sebesar nilainya pada tanggal neraca.
Terdapat 3 metode penilaian persediaan:
1. Metode harga pasar (market value method),
2. Kos historis, (historical cost method) dan
3. The
lower of cost or market.
Langkah permulaan untuk memverifikasi penilaian persediaan
adalah meminta informasi mengenai metode penilaian persediaan yang digunakan
oleh klien dalam menyajikan persediaannya di neraca. Dalam prosedur audit ini,
auditor, di samping mengumpulkan informasi mengenai metode penilaian persediaan
yang digunakan oleh kliennya, juga menilai apakah metode penilaian persediaan
yang digunakan oleh klien cocok dengan kondisi persediaannya.
PERIKSA KESESUAIAN KOS PER SATUAN PERSEDIAAN DENGAN PRINSIP AKUNTANSI BERLAKU
UMUM.
Prinsip akuntansi berlaku umum mengharuskan jika persediaan dinyatakan pada
kosnya, nilai pasarnya pada tanggal neraca harus dicantumkan di dalam tanda
kurung, dan jika persediaan diturunkan nilainya pada harga pasarnya, kosnya
harus dicantumkan di dalam tanda kurung. Oleh karena itu, auditor perlu
memperoleh informasi mengenai metode penentuan kos persediaan (inventory costing method) yang digunakan oleh
klien dan menilainya apakah metode penentuan kos persediaan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
Metode penentuan kos persediaan yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum adalah:
- Metode
identifikasi khusus (Special identification method);
- Metode kos
rata-rata (Average method);
- Metode
masuk pertama keluar pertama (FIFO); dan
- Metode
masuk terakhir keluar pertama (LIFO).
PERIKSA CATATAN PENDUKUNG YANG BERSANGKUTAN DENGAN DATA KOS PER SATUAN PERSEDIAAN.
Untuk persediaan bahan baku, persediaan suku cadang, dan persediaan bahan
habis pakai pabrik, data kos per satuan dapat diverifikasi oleh auditor dengan
memeriksa kartu persediaan yang bersangkutan.
Untuk persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi, data kos
per satuannya dapat diverifikasi oleh auditor dengan memeriksa kartu persediaan
dan kartu kos produk yang bersangkutan (jika perusahaan menggunakan metode kos
pesanan/job order cost method) atau ke laporan kos produksi (jika perusahaan menggunakan metode kos
proses/process cost method).
BANDINGKAN LABA BRUTO TAHUN YANG DIAUDIT DENGAN LABA
BRUTO TAHUN SEBELUMNYA.
Pembandingan laba bruto tahun yang diaudit dengan laba
bruto tahun sebelumnya digunakan sebagai dasar untuk menilai kewajaran nilai persediaan
barang dagangan dengan menggunakan metode laba bruto (gross profit method).
Sebagai contoh, misalnya rata-rata persentase laba bruto tahun yang lalu sebesar 30%.
Jika diketahui persediaan awal tahun yang diaudit sebesar Rp 60.000.000,
pembelian dalam tahun yang diaudit sebesar Rp 200.000.000, dan hasil penjualan
dalam tahun tersebut Rp 280.000.000, maka persediaan barang dagangan pada akhir
tahun dapat diperkirakan seperti tercantum pada Gross Profit
Test berikut ini :
Persediaan awal (pada kosnya) Rp 60.000.000,-
Pembelian (pada kosnya) Rp 200.000.000,-
Barang
tersedia untuk dijual Rp
260.000.000,-
Hasil penjualan (pada harga pasar/jual) Rp 280.000.000,-
Dikurangi laba bruto: 30% x Rp 280.000.000 Rp
84.000.000,- (-)
Hasil penjualan (pada kosnya) Rp
196.000.000,- (-)
Taksiran persediaan akhir (pada kosnya) Rp 64.000.000,-
Angka taksiran persediaan akhir tersebut kemudian
dibandingkan dengan angka persediaan yang dicantumkan oleh klien di neracanya
untuk menilai kewajaran penilaiannya.
LAKUKAN PENGAMATAN TERHADAP UNSUR PERSEDIAAN YANG RUSAK.
Persediaan yang
rusak akan mengurangi nilai persediaan yang disajikan di neraca. Oleh karena
itu, pada waktu melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
klien, auditor perlu melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik persediaan.
HITUNG TINGKAT PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN BANDINGKAN DENGAN TINGKAT
PERPUTARAN PERSEDIAAN TAHUN SEBELUMNYA.
Informasi
mengenai tingkat perputaran persediaan dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan apakah suatu persediaan lambat dalam proses penjualan atau
pemakaiannya dalam kegiatan perusahaan. Auditor perlu menghitung tingkat
perputaran semua kelompok persediaan dan membandingkan hasil perhitungannya
tersebut dengan tingkat perputaran persediaan tahun sebelumnya.
Biaya Bahan Baku setahun
Inventory
turnover bahan baku = ---------------------------------------
Persediaan rata-rata setahun
HPP setahun
Inventory
turnover barang jadi = ------------------------------------------
Persediaan rata-rata setahun
Menghitung
kecepatan peredarannya yaitu dengan membagi 365 hari : inventory turnover
LAKUKAN PENGAMATAN TERHADAP PERSEDIAAN YANG LAMBAT PEMAKAIANNYA ATAU
PENJUALANNYA.
Persediaan
yang lambat penjualan dan pemakaiannya akan mempunyai nilai yang berkurang dari
kos pemerolehannya. Oleh karena itu, dalam pengamatan terhadap penghitungan
fisik persediaan auditor melakukan pengamatan terhadap barang-barang yang
lambat penjualannya dan pemakaiannya.
MINTALAH SURAT REPRESENTASI PERSEDIAAN DARI KLIEN.
Surat
representasi digunakan oleh auditor untuk menyadarkan klien bahwa tanggung
jawab atas kewajaran informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan berada
di tangan klien, bukan di tangan auditor. Surat representasi persediaan berisi
pernyataan klien mengenai persediaan yang di sajikan di neraca. Contoh surat
representasi persediaan yang dibuat oleh klien tampak seperti berikut ini :

Pemeriksaan Penyajian dan Pengungkapan Persediaan di
Neraca
Di atas sudah
dicantumkan 7 butir prinsip akuntansi berlaku umum dalam penyajian unsur persediaan
di neraca. Atas dasar prinsip akuntansi berlaku umum tersebut, auditor
melakukan verifikasi penyajian persediaan di neraca dengan cara:
(1) memeriksa
klasifikasi persediaan di neraca,
(2) memeriksa
penjelasan yang bersangkutan dengan persediaan, dan
(3) melakukan analytical review terhadap persediaan.
PERIKSA KLASIFIKASI PERSEDIAAN DI
NERACA.
Menurut
prinsip akuntansi berlaku umum, jika jumlahnya material, persediaan dalam
perusahaan manufaktur harus disajikan menurut unsur-unsur utama persediaan:
produk jadi, produk dalam proses, bahan baku, suku cadang, dan bahan habis
pakai pabrik. Urutan penyajian unsur utama persediaan tersebut didasarkan pada
urutan likuiditasnya. Auditor harus memeriksa apakah klien telah melakukan
klasifikasi persediaan di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum tersebut.
PERIKSA PENGUNGKAPAN YANG BERSANGKUTAN DENGAN PERSEDIAAN.
Dalam prinsip akuntansi berlaku umum, klien diharuskan menjelaskan di dalam
laporan keuangannya mengenai metode penentuan kos dan metode penilaian yang
digunakan dalam menyajikan persediaan di neraca. Begitu juga klien diharuskan
mencantumkan penjelasan yang lengkap jika persediaannya digadaikan dalam penarikan
utang dan jika klien mempunyai komitmen pembelian yang material dan bersifat
luar biasa. Auditor harus memeriksa apakah klien telah cukup mencantumkan
penjelasan yang berkaitan dengan persediaan di dalam laporan keuangannya sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum tersebut.
LAKUKAN ANALYTICAL REVIEW TERHADAP PERSEDIAAN.
Review analitik ini merupakan review secara menyeluruh
mengenai kewajaran persediaan yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini
auditor menghitung berbagai ratio yang bersangkutan dengan persediaan, misalnya
tingkat perputaran berbagai kelompok persediaan, dan jika terdapat fluktuasi
ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban mendapatkan
penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan
antara tingkat perputaran persediaan, tingkat persediaan pada tanggal neraca,
dan volume penjualan semuanya harus mendukung pengujianpengujian substantif
yang telah dilakukan oleh auditor.
LATIHAN AUDITING
Laporan
Rugi laba dari PT. HARMU, tahun 2007 menunjukkan kerugian sebesar Rp
245.000.000,- Kesalahan tersebut berikut ini baru diketahui dalam pemeriksaan
akuntan pada tahun 2008, yang berkaitan dengan
persediaan barang dagangan sbb :
1.
Barang dagangan dengan harga pokok Rp
150.000.000,- dicatat sebagai pembelian pada akhir tahun 2007, tetapi barang
tersebut baru diterima pada tanggal 9 januari 2008 beserta fakturnya.
2.
700 unit barang dagangan dengan harga
pokok perunit Rp 650.000,- dicatat dengan harga pokok Rp 560.000,- perunit pada
saat perhitungan persediaan akhir.
3.
Barang-barang dengan harga pokok Rp
31.500.000,- diterima pada tahun 2007
dan termasuk persediaan akhir, tetapi pembeliannya baru dicatat pada tanggal 5
januari 2008 ketika fakturnya diterima.
4.
Barang yang dikonsinyasikan dengan
harga pokoknya Rp 600.000.000 termasuk dalam persediaan akhir, tetapi
diantaranya telah terjual dengan harga pokoknya Rp 145.000.000,- pada tanggal
31 desember 2007. penjualan tersebut tidak dicatat sampai dengan tanggal 31
desember 2007, tetapi baru dicatat setelah menerima uang dari consignee sebesar
Rp 175.000.000,- pada tanggal 12 januari 2007.
5.
Barang dagangan dengan harga pokok Rp
35.000.000 dijual Rp 45.000.000, dan dikirim pada tanggal 31 desember 2007, tidak
termasuk dalam persediaan akhir. Tetapi penjualan tersebut baru dicatat pada
tanggal 15 januari 2008 ketika langganan membayar.
Diminta
:
a.
Hitunglah Rugi Laba yang benar PT. HARMU
untuk tahun 2007
b.
Buatlah jurnal koreksi yang diperlukan
dlm tahun 2007 untuk membetulkan rekening.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar