Pengujian Substantif Atas Saldo Utang Usaha
Huang usaha biasanya merupakan
kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan faktor yang signifikan
dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan. Hutang usaha juga
biasanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan
terhadap salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo
aktiva, audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada
asersi eksistensi atau kejadian. Alasannya adalah bahwa manajemen termotivasi
untuk memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah
agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG
Tujuan
audit terhadap utang usaha adalah :
1)
Memperoleh
keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha
2)
Membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha yang dicantumkan di neraca
3)
Membuktikan
kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkpaan saldo
utang usaha yang disajikan di neraca
4)
Membuktikan
kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
5)
Membuktikan
kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca
Memperoleh keyakinan tentang keandalan
catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran
saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian dan keandalan catatan yang mendukung informasi utang usaha
yang disajikan dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara
saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam
buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.
Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian
utang usaha yang dicantumkan di neraca. Dalam
pengujia substantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditunjukkan untuk
menemukan kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian
transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai
pegujian substatif berikut ini :
1)
Pengujian
analitik
2)
Pemeriksaan
bukti pendukung transaksi
3)
Pemeriksaan
batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
4)
Konfrimasi
piutang usaha
5)
Rekonsiliasi
utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang usaha yang diterima oleh
klien dari krediturnya
Membuktikan
asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada
tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban
klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian
asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca.
Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditunjukkan untuk mencari
adanya unrecorded liabilities pada
tanggal tersebut. Untuk membuktikannya, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif yang sama ketika membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang
usaha yang dicantumkan di neraca.
Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya
utang usaha mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang
usaha pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak langsung terhadap
perhitungan akun Utang Usaha dan Pembelian. Oleh karena itu, salah satu
pengujian substantif utnuk membuktikan asersi kelengkapan utang usaha adalah
pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
utang usaha.
Membuktikan
asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan
kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan
kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang dicantumkan di neraca,
auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :
1)
Pemeriksaan
bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
2)
Konfirmasi
piutag usaha
3)
Rekonsiliasi
utang yang tdaik dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima klien oleh krediturnya
Membuktikan
asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan
harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif
terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk
membuktikan apakah neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pegungkapan utang
usaha di neraca adalah :
1) Konfirmasi utang usaha
2) Rekonsiliasi untang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan
piutang yang diterima oleh klien dan krediturnya
3) Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
Program pengujian substantif terhadap utang
usaha
program pengujian substantif
terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan
audit seperti yang telah diuraikan. Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari
pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai pemeriksaan yang bersifat rinci.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :
1.
prosedur
audit awal
2.
prosedur
analitik
3.
pengujian
terhadap transaksi rinci
4.
pengujian
terhadap saldo akun rinci
5.
verifikasi
terhadap penyajian dan pengungkapan
pada tahap awal,auditor menempuh
prosedur audit untuk memperoleh keyakinan bahwa informasi yang disajikan oleh
klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan akuntansi. pada tahap
berikutnya,dalam prosedur analitik,auditor mengumpulkan berbagai ratio dan
perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir,auditor melaksanakan pengujian
terhadap transaksi dan saldo akun rinci,serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo
akun dalam laporan keuangan.
Prosedur audit awal
sebelum
membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal
neraca,auditor melakukan rekonsialiasi antara informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi
ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang
usaha yang dicantumkan di neraca di dukung dengan catatan akuntansi yang dapat
dipercaya. Oleh karena itu,auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini
dalam melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan :
1.
usut saldo
utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang
tercantum dineraca di dukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya
kebenaran mekanisme pencatatannya,maka saldo utang usaha yang dicantumkan di
neraca diusut ke akun buku besar berikut ini :
·
utang usaha
akun ini digunakan untuk
menampung transaksi timbulnya utang dari transaksi pembelian berbagai golongan
sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas keluar (Voucher system) dalam pengendalian
kasnya,akun utang usaha ini disebut dengan akun bukti kqas keluar yang akan
dibayar (Voucher payable)
·
utang wesel
utang wesel merupakan utang wesel
yang dibuktikan dengan surat berharga (berupa sertifikat wesel) yang dipegang
oleh kreditur,sehingga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lain. Utang ini
timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi
menjadi dua golongan: utang wesel berbunga dan utang wesel tidak berbunga.
2.
hitung
kembali saldo akun utang usaha di buku besar
untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan
saldo akun utang usaha,auditor menghitung kembali saldo akun utang usaha dan
utang wesel,dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan
menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.
3.
usut saldo
awal aku utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu
sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi
rinci yang menyangkut akun utang usaha,ia perlu memperoleh keyakinan atas
kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini,auditor melakukan
pengusutan saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas
kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang
diajukan oleh auditor dalam audit tahun lalu,sehingga auditor dapat
mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi
koreksi yang diajukan oleh auditor.
4.
lakukan
review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
aktiva tetap dan akumulasi depresiasinya
ketidakberesan dalam transaksi pembelian,pelunasan utang
usaha dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa,baik dalam jumlah
maupun sumber posting dalam akun utang usaha
5.
usut posting
pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang bersangkutan
untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan
pengurangan utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang
bersangkutan,pengkreditan didalam akun utang usaha diusut ke jurnal pembelian
atau register bukti kas keluar dan pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal
pengeluaran kas atau check register dan
jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian).
6.
lakukan
rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol utang usaha di buku
besar
saldo akun kontrol utang usaha di buku besar
tersebut,kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau
ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar untuk memperoleh keyakinan
bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan utang usaha dapat
dipercaya ketelitiannya.
Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian
substantive terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu
auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan
audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio
berikut.
Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian : Rerata utang usaha
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian : Rerata utang usaha
Rata utang usaha dengan utang lancar Saldo utang usaha : Utang
lancar
Ratio yang telah dihitung
tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun
yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini
membantu auditor mengungkapkan. (1) peristiwa transaksi yang tidak biasa, (2)
perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah
saji.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Karena hamper semua saldo utang lancar, seperti utang usaha dan utang wesel, didukung dengan dokumen yang berasal dari pihak luar, maka keberadaan saldo akun utang dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen transaksi tersebut. Dalam memverivikasi saldo utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut, auditor memeriksa arsip bukti kas yang belum dibayar beserta surat pendukungnya seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. Dalam memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan kreditur, namun biasanya klien memiliki copy sertifikat wesel tersebut. Dengan demikian, verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang dijaminkan, serta tarif bunga.
Keandalan saldo utang usaha yang ditentukan oleh
keterjadian transaksi yang dikredit dan didebitkan ke dalam akun Utang usaha
berikut ini :
a.
Transaksi
pembelian kredit
b.
Transaksi
retur pembelian
c.
Transaksi
pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.
Di samping itu, keandalan
saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang digunakan
untuk mencatat berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh karena itu,
auditor melakukan pengujian substantive terhadap transaksi rinci yang
mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.
Periksa Sampel
Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha ke Dokumen yang Mendukung
Timbulnya Transaksi Tersebut. Prosedur
audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian
dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini :
1.
Sampel akun
debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
2.
Sampel
transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.
PERIKSA PENGKREDITAN AKUN UTANG USAHA KE DOKUMEN
PENDUKUNG : BUKTI KAS KELUAR (VOUCHER), LAPORAN PENERIMAAN BARANG, DAN SURAT
ORDER PEMBELIAN. Auditor mengambil
sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun kreditur yang terpilih
dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini :
1.
Mengambil
dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukunya : laporan
penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order pembelian
2.
Memeriksa
kelengkapan dokumen dan mendukung bukti kas keluar
3.
Menyesuaikan
kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen pendukugnya
4.
Memeriksa
kebenaran data tang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan kas keluar
5.
Memastikan
bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun
kreditur
PERIKSA PENDEBITAN AKUN UTANG USAHA KE
DOKUMEN PENDUKUNG : BUKTI KAS KELUAR MEMO DEBIT UNTUK RETUR PEMBELIAN. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di
sebelah debit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan
prosedur audit berikut ini :
1.
Mengambil
dari arsip klien bukti atas kas keluar dan memo debit beserta dokumen
pendukungnya : surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan laporan
pengiriman barang (untuk retur pembelian)
2.
Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas
keluar dan memo debit
3.
Memeriksa kesesuaian data
yang tercantum dalam bukti kas keluar dan memo debit dan dokumen
pendukunya
4.
Memeriksa
kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarikan bukti kas
keluar dan memo debit
5.
Memastikan
bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah dicatat di
sebelah debit akun kreditur
Lakukan
Verifikasi Pisah Batas (Cut off) Transaksi Pembelian dan Retur Pembelian
Verifikasi
pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah
klien menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi
pembelian dan retur pembelian yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding
dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas
yang konsisten, akibatnya adalah transaksi
pembelian yang seharusnya diakui sebagai unsur penentuan kos barang yang dijual
tahun berikutnya, dicatat oleh klien sebagai unsur kos barang yang dijual tahun
yang diaudit. Di lain pihak, transaksi pembelian tahun yang diaudit dapat
diakui oleh klien sebagai unsure kos barang yang dijual tahun berikutnya.
Dengan demikian jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal pisah
batas, perhitungan rugi laba akan
terpengaruh langsung. Oleh karena itu, auditor
melakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan retur pembelian, serta
transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha ynag terjadi dalam
beberpa minggu sbelum dan sesudah tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan
yang tepat terhadap pengakuan kos barang yang dijual dan pencatatan transaksi
pengurangan utang usaha.
PERIKSA DOKUMEN YANG MENDUKUNG TIMBULNYA UTANG USAHA
DALAM MINGGU TERAKHIR TAHUN YANG DIAUDIT DAN MINGGU PERTAMA SETELAH TANGGAL
NERACA.
Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang konsisten
terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa
bukti kas keluar dan dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien
dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca. Dengan membandingan tanggal bukti kas keluar,
faktur pembelian dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat
pembelian yang digunakan, auditor dapat membuktikan apakah transaksi pembelian
dan timbulnya utang yang terjadi dalam perode sebelum dan sesudah tanggal
neraca, telah dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
PERIKSA DOKUMEN YANG MENDUKUNG BERKURANGNYA UTANG USAHA
DALAM MINGGU TERAKHIR TAHUN YANG DIAUDIT DAN MINGGU PERTAMA SETELAH TANGGAL
NERACA. Untuk membuktikan ketepaan pisah
batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas kepada
kreditur, auditor memeriksa dokumen
bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai
basis pencatatan ke dalam kartu utang. Dengan pemeriksaan ini, auditor
dapat membuktikan ketepatan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat
pengurangan utang usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.
LAKUKAN VERIFIKASI PISAH BATAS (CUT OFF) TRANSAKSI
PENGELUARAN KAS. Untuk
membuktikan ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan
observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada hari terakhir tahun yang
diaudit untuk membuktikan ketepatan pencatatan pengeluaran kas dalam periode
akuntansi yang seharusnya.
Periksa adanya utang usaha yang tidak
dicatat
sebagaimana
telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha,klien memiliki kecenderungan
untuk melakukan understatement utang
usaha dengan cara tidak mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh
karena itu, fokus auditor dalam pengujian substantif terhadap utang usaha
adalah menemukan adanya unrecorded
transactionsyang berkaitan dengan utang usaha.
utang
yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini :
1.
Adanya
dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian,laporan penerimaan barang dan
faktur pembelian dari pemasok) yang belum diproses untuk pembayaran pada
tanggal neraca, dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.
2.
Adanya
barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari pemasok
baru diterima setelah tanggal neraca.
3.
klien menggunakan
basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan
sistem bukti kas keluarnya (voucher
system).
4.
Adanya jasa yang
telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal neraca,namun penjual jasa baru
menagih harga jasa tersebut setelah tanggal neraca (misalnya biaya iklan bulan
Oktober sampai dengan Desember,baru ditagih oleh perusahaan surat kabar bulan
Januari tahun berikutnya).
prosedur audit untuk menemukan adanya utang
yang belum dicatat pada tanggal neraca
:
1.
periksa
bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tanggal neraca.
2.
periksa bukti kas
keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.
3.
periksa catatan
sediaan barang konsinyasi masuk.
4.
pelajari
peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.
5.
lakukan review
terhadap anggaran modal (Capital Budget),perintah
kerja (work order), dan kontrak
pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.
jika auditor menemukan adanya utang
yang pada tanggal neraca belum dicatat dan tidak disajikan di neraca, ada dua
jalan yang dapat ditempuh oleh auditor, yaitu : (1) mengusulkan adjustment kepada
klien untuk mencatat utang tersebut, (2) tidak mengusulkan adjustment kepada klien, dan membiarkan utang tersebut tetap tidak
tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor untuk memutuskan
apakah akan mengusulkan adjustment mengenai
utang yang belum dicatat tersebut adalah :
1. apakah dengan tidak dicatatnya utang
tersebut,penentuan laba-rugi didalam tahun yang diaudit akan terpengaruh secara
material? jika jawabannya "ya", maka auditor harus mengusulkan kepada
klien untuk mencatat utang yang belum dicatat tersebut.
2. apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut
akan mempengaruhi jumlah modalkerja secara material? jika jawabannya
"ya" maka auditor harus mengusulkan jurnal adjustmentuntuk mencatat utang tersebut.
contoh :
suatu perusahaan memiliki total aktiva
sebesar Rp10 milyar,dan laba menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp500 juta
kasus 1
auditor menemukan sebuah faktur sebsar
Rp7.000.000, bertanggal 30 Desember 19X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah dikirim
oleh pemasok pada tanggal 30 Desember 19X2, tetapi baru diterima oleh klien
tanggal 4 Januari 19X3 dan dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 4
Januari 19X3.
jika
auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 1
tersebut,auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjustmentuntuk mencatat utang tersebut,karena jika utang tersebut
diusulkan untuk di adjust, maka jurnal adjustment-nya
adalah sebagai berikut :
pembelian Rp7.000.000
utang
usaha Rp7.000.000
jurnal
ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi laba bersih tahun 19X2.
kasus 2
Auditor
menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp20.000.000,bertanggal 30 Desember
19X2, dengan syarat pembelian FOB shipping
point. Barang telah diterima pada tanggal 31 Desember 19X2 dan telah
diikutsertakan dalam perhitungan fisik sediaan pada tanggal neraca tersebut.
Faktur baru diterima oleh klien tanggal 8 Januari 19X3 dan dicatat sebagai
transaksi pembelian tahun 19X.
jika auditor menemukan utang yang
belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 2 tersebut, ia akan mengusulkan
adanya jurnal adjustment untuk
mencatat utang tersebut karena :
1.
pembeliaan
dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan kos barang yang dijual (cost of good sold) disajikan oleh klien
terlalu rendah dan laba bersih tahun 19X2 dihitung terlalu tinggi.
2.
sediaan telah
dicatat dari hasil perhitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha belum
dicatat,sehingga hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada tanggal neraca
terlalu tinggi.
kasus 3
faktur pembelian aktiva tetap sebesar
Rp70.000.000, bertanggal 31 Desember 19X2 diterima oleh klien pada tanggal 15
Januari 19X3. Aktiva tetap telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember 19X2.
Jika
utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal
neraca,akibatnya adalah modal kerja bersih akan terpengaruh,tetapi tidak
mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya dalam menghadapi utang ini,auditor
tidak menyarankan jurnal adjustment.
kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar
Rp15.000.000,bertanggal 31 Desember 19X2 untuk biaya iklan bulan
Oktober,November, dan Desember 19X2. Oleh klien, faktur ini baru dicatat pada
tanggal 15 Januari 19X3.
Utang
iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca,sehingga biaya iklan
tidak disajikan terlalu rendah dalam laporan rugi laba tahun 19X2. Jika utang
ini tidak dicatat,akibatnya adalah penentuan laba terlalu tinggi, dan modal
kerja bersih terlalu besar. Auditor akan mengusulkan jurnal adjustment untuk mencatat adanya utang
biaya iklan pada tanggal neraca.
Pengujian terhadap saldo akun rinci
tujuan pengujian saldo akun utang
usaha rinci adalah untuk memverifikasi :
a.
keberadaan
b.
kelengkapan
c.
kewajiban
d.
penyajian dan
pengungkapan
keberadaan,kelengkapan,kewajiban,serta
penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca dibuktikan oleh auditor dengan
mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha yang
tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari
kreditur.
Lakukan konfirmasi utang usaha
konfirmasi dalam pengujian substantif
terhadap utang usaha merupakan prosedur yang tidak harus ditempuh (bukan
merupakan mandatory procedure )
seperti halnya dengan konfirmasi piutang usaha. Ada tiga sebab mengapa prosedur
konfirmasi bukan merupakan merupakan mandatory
procedure dalam pengujian substantif terhadap utang usaha :
1. Tujuan utama pengujian substantif terhadap
utang usaha adalah untuk menemukan
adanya unrecorded liabilities.
Konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang usaha yang belum dicatat
pada tanggal neraca.
2.
konfirmasi
dilakukan untuk memperoleh bukti dari pihak luar yang dapat dipercaya. Dalam
pengujian substantif terhadap utang usaha, auditor dapat memperoleh bukti-bukti
dari pihak luar, seperti faktur dari pemasok dan pernyataan piutang dari
kreditur.
3.
kebanyakan utang
usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah dibayar oleh klien sebelum
auditor menyelesaikan pekerjaan lapangannya. Pembayaran ini merupakan bukti adanya utang usaha pada
tanggal neraca.
Prosedur konfirmasi utang usaha
ditempuh oleh auditor jika dua kondisi berikut ini terdapat dalam perusahaan
yang diaudit :
1.
pengendalian
terhdap utang usaha lemah.
2.
Dalam pengujian
substantif tidak dapat dijumpai adanya pernyataan piutang dari kreditur.
jika prosedur konfirmasi ini
dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang dipilih untuk dikirimi surat konfirmasi
adalah :
1.
kreditur yang
melakukan penjualan yang besar kepada klien dalam tahun yang diaudit.
2.
Kreditur yang
memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya.
3.
Krediturnya
mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara induk dengan
anak perusahaan).
·
Periksa
Dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tanggal neraca
Dengan memeriksa dokumen pendukung tersebut, auditor
dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di neraca
benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.
·
Lakukan
Rekonsiliasi Utang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi ke Pernyataan Piutang Bulanan
yang diterima oleh Klien dari Kreditur.
Utang klien kepad debitur yang tidak di konfirmasi dapat
diverifikasi keberadaanya melalui rekonsiliasi akun utang kepada kreditur
dengan surat pernyataan piutang yang diterima secara bulanan dari kreditur.
VERIFIKASI PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
·
Periksa
Klasifikasi Utang Usaha di Neraca.
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut
urutan atuh temponya. Jika jumlahnya material, utang usaha harus disajikan di
neraca menjadi 3 golongan yaitu :
a.
Utang usaha
kepada kreditur usaha
b.
Utang usaha
kepada perusahaan afiliasi
c.
Utang usaha
kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan.
Saldo debit utang usaha yang jumlahnya material harus
dikelompokan menjadi unsur aktiva lancar, auditor berkewajiban menggolongkan
kembali akun Utang Usaha yang bersaldo debit besar ke dalam kelompok aktiva
lancar.
·
Periksa
Pengungkapan yang Bersangkutan degan Utang Usaha.
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan
secara memadai di neraca atau dalam penjelasan laporan keuangan.
·
Mintalah
Informasi dari Klien untuk Menemukan Komitmen yang Belum Diungkapkan dan Utang
Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut.
Pemakai laporan keuagan berkepentingan untuk mengetahui
informasi mengenai komitmen yang telah di buat oleh klien dan kewajiban
bersyarat pada neraca, Auiditor berkewajiban untuk menentukan ada atau tidaknya
komitmen yang tidak diungkapkan dan utang bersyarat pada tanggal neraca.
Utang bersyarat / contingent
liabilties adalah kewajiban potensial yang mempunyai kemungkinan akan
sungguh-sungguh menjadi utang / akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaarn uang
di masa
Utang yang belum di catat / unrecorded liability adalah pada tanggal neraca sudah merupakan
kewajiban namun belum di catat apakah suatu utang bersyarat akan menjadi utang
atau tidak sangat bergantung dari kejadian
pada masa yang akan datang.
Contoh utang bersyarat adalah utang wesel yang di
diskontokan ke bank. Jika pihak yag mengeluarkan wesel gagal ememnuhi
kewajibanya, maka bank akan meagih nominalnya langsung kepada klien.
Utang bersyarat ini harus di cantumkan di neraca dengan
salah satu dari tiga cara :
a.
Utang
bersyarat dicantumkan di dalam anda kurung, dalam kelompok utang lancar. Jumlah
utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain.
b.
Utang
bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumlah utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam jumlah utang lancar.
c.
Jika memerlukan
penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian penjelasan laporan
keunagan (notes to financail statemen).
·
Pelajari Notulen rapat direksi sampai dengan tanggal
penyelesaian pekerjaan lapangan
Notulen yang diselenggarakan oleh
dewan direksi dapat menunjukan kontrk-kontrak penting yang akan di tanda
tangani oleh klien seperti keputusan-keputusan yang menyangkut anak, perusahaan
yang semuaya ber[potensi menilmbulkan utang bersyarat
Setiap kontrak yang di tanda tangani
oleh klien menimbulkan komitmen berupa kesanggupan & keterikatan di pihak
klien untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang seperti yang tertulis di
dalam kontrak. Semua komitmen yang melibatkan jumlah rupiah yang material perlu
dijelaskan di bagian Penjelasan Laporan keuangan di bawah judul “ UTANG
BERSYARAT “.
·
Mintalah Informasi dari pengacara klien
mengenai Perkara Pengadilan yang melibatkan klien
Meliputi :
A. Gambaran
perkara pengadilan yang melibatkan klien yang ditangani oleh pengacara yang
bersangkutan.
B. Suatu
penilaian terhadap kemungkinan keputusan pnegadilan yang tidak menguntungkan
klien akibat perkara yang di gambar tersebut.
C. Suatu
taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien akibat perkara pengadilan
tersebut atau suatu pernyataan dari pengacara bahwa taksiran kerugian tidak
mungkin dilakukan oleh pengacara
D. Suatu
pernyataan jumlah honorarium pengacara yang belum di tagih.
·
KIrimkan Konfirmasi ke bank
Auditor meminta informasi dari bank
mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien pada tanggal
neraca
·
Pelajari Arsip Korespondensi Klien Dengan
Lembaga Keuangan
Arsip korespondensi akan memberikab
informasi mengenai persetujuan pemberian jaminan terhadap utang yang di tarik
oleh perusahaan lain dan penjualan piutang usaha.
CONTOH KASUS
Pada
tanggal 25 Nopember 1995, Comptronix Corpotian mengumumkan bahwa anggota tim
menejemen seniornya melaporkan lebih saji atas laba dan bahwa akan ada
penyesuaian yang material terhadap laporan keuangan yang diaudit tahun
sebelumnya. Dalam investigasi berikutnya, SEC menetapkan bahwa CEO, COO, dan
controller / treasurer Comptonix telah melakukan kolusi melaporkan lebih saji
aktiva dan laba dengan membukukan penjualan, piutang usaha, dan pembelian
kredit atas peralatan secara fiktif. Inti dari kecurangan adalah penggunaan
utang usaha fiktif atas pembelian atas peralatan yang besar untuk melebih
sajikan aktiva tetap dan menyembunyikan penjualan fiktif.
Eksekutif
senior mengakali pengendalian internal comptronix yang ada dengan melewati
departemen pembelian dan penerimaan sehigga tidak ada orang di Comptronix yang
akan mengungkapkan skema tersebut. Para karyawan biasanya meninggalkan jejak
kertas yang cukup ekstensif untuk pembelian peralatan. Pengendalian internal
terhadap transaksi akuisisi dan pengeluaran kas umumnya memerlukan
pesanan pembelian, laporan penerima adalah faktur vendor sebelum pembayaran
dapat diotorisasi oleh Chief Operating Officer atau bendahara, yang keduanya
terlibat dalam kecurangan tersebut.
Sebagi akibatnya, para eksekutif itu mampu
melewati pengendalian
terhadap pengeluaran kas dan mengotorisasi pembayaran atas pembelian fiktif tanpa membuat dokumen apapun untuk transaksi
fiktif. Perusahaan juga menciptakan penjualan fiktif dan piutang yang terkait.
Perusahaan mengeluarkan cek untuk membayar transaksi pembelian fiktif itu. Cek
tersebut kemudian disetorkan kembali ke dalam akun perusahaan dan dicatat
sebagai penagihan atas piutang fiktif
tersebut tampak telah tertagih.
Dan pembayaran dilakukan untuk mendukung pembelian aktiva tetap
fiktif.
Skema
kecurangan itu membesar-besarkan kinerja perusahaan dengan melaporkan laba, padahal sebenarnya perusahaan mengalami kerugian. Ketika
kecurangan tersebut diumumkan kepada publik, harga saham comptronix menurun
secaradrastis sebesar 72%. (Arens, 2008).
Analisis Kasus
·
Comptronix Corpotian mengumumkan bahwa
anggota tim menejemen seniornya melaporkan lebih saji atas laba
·
SEC selaku auditor menetapkan bahwa CEO,
COO, dan controller / treasurer Comptonix telah melakukan kolusi melaporkan
lebih saji aktiva dan laba dengan membukukan penjualan, piutang usaha, dan
pembelian kredit atas peralatan secara fiktif.
·
Eksekutif senior mengakali pengendalian
internal comptronix yang ada dengan melewati departemen pembelian dan
penerimaan
·
Pengendalian internal terhadap
transaksi akuisisi dan pengeluaran kas umumnya memerlukan pesanan
pembelian, laporan penerima adalah faktur vendor, sebelum pembayaran dapat
diotorisasi oleh Chief Operating Officer atau bendahara, yang keduanya terlibat
dalam kecurangan tersebut
·
Para eksekutif mampu melewati
pengendalian terhadap pengeluaran kas dan mengotorisasi pembayaran atas
pembelian tanpa membuat dokumen apa pun
·
Perusahaan juga menciptakan penjualan
fiktif dan piutang yang terkait. Perusahaan mengeluarkan cek untuk membayar
transaksi pembelian fiktif itu. Cek tersebut kemudian disetorkan kembali ke
dalam akun perusahaan dan dicatat sebagai penagihan atas piutang fiktif tersebut tampak telah tertagih
·
Penggunaan utang usaha fiktif atas
pembelian peralatan yang besar untuk melebih sajikan aktiva tetap dan
menyembunyikan penjualan fiktif.
Masalah
Ø Perusahaan berusaha menaikkan laba dengan membuat
penjualan dan piutang fiktif untuk menarik investor
Ø Kasus
ini merupakan kasus yang melibatkan eksekutif perusahaan sebagai “pemain utama”
dalam tindak kolusi pada Comprotex Corporatio.
Penyelesaian
Kecurangandalam bentuk ini
dapat dideteksi dengan menggunakan rasio perputaran persediaan
(inventory
turnover ), dan dokumen pendukung dari
pihak ketiga yang adalah dokumen bank dan dokumen Vendor.
Saran Untuk Perusahaan
-
Memeriksa bukti kertas yang dibuat oleh
karyawan atas pembelian peralatan
-
Memeriksa kebenaran segala bukti
transaksi baik bukti transaksi pembelian, ataupun penjualan dan segala akun
yang terkait dengan transaksi tersebut
-
Perusahaan harus mengomptimalkan fungsi
dari tiap departemen, jangan sampai dapat terlewati sehingga apabila terjadi
keselahan dapat terdeteksi
-
Mengoptimalkan fungsi auditor internal
sebagai bagian dari perusahaan yang independen
-
Lebih memperjelas fungsi fungsi bagian
di perusahaan
KESIMPULAN
Utang
lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar,
yang berdampak terhadap pengujian substantif terhdap utang lancar. Huang usaha biasanya merupakan
kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan faktor yang signifikan
dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan, dan juga terpengaruh oleh
volume transaksi yang tinngi karena rentan terjadi salah saji.
Pengujian substantif terhadap
utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan utang usaha, Membuktikan asersi keberadaan dan
keterjadian utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan asersi
kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan asersi
kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan asersi
penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Dalam prosedur audit awal,
auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan bahwa informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan akuntansi,
dengan cara usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang
usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. Membuktikan ketelitian denagan
auditor menghitung kembali saldo akun utang usaha dan utang wesel,dengan cara
menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah
pendebitan tiap-tiap akun tersebut. Untuk membuktikan sumber pendebitan dan
pengkreditan akun utang usaha di dalam
buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal penerimaan kas.
Prosedur analitik Pada tahap
awal pengujian substantive terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang
yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan
berbagai ratio.Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan
harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau
ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor mengungkapkan. (1)
peristiwa transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan
usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.
Dalam pengujian terhadap
transaksi rinci, (1) auditor mengambil sampel transaksi yang menimbulkan utang
usaha, (2) lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas,
(3) Periksa adanya utang usaha yang tidak dicatat .
Dalam
pengujian terhadap saldo akun rinci auditor melakukan konfirmasi utang usaha
dengan mengirim surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha
yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh kilen.
Verifikasi
penyajian dan pengungkapan (1) periksa klasifikasi utang usaha di neraca (2)
perikasa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang nonusaha (3) Periksa pengungkapan
yang bersangkutan dengan utang usaha (4) mintalah informasi dari klien
menemukan komitment yang belum diungkapkan dan utang usaha bersyarat dan
periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang tersebut.
Daftar Pustaka
Mulyadi.Auditing.Buku 2.Edisi
ke-6.Jakarta:PT Salemba Empat,2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar