Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Disusun Oleh:
(12.401.008) RABIATUL ADAWIAH
(12.401.013) UFTHI AULIA
MAINGAK
(12.401.051) DEVI CLARA
(12.401.071) HUDSAIFAH ABD. YAMAN
(12.401.092)
AHMAD REINALDI
(12.401.195) FADEL RAHMAN
(12.401.219) KASMIRAWATI
KELOMPOK 3
Kelas:
AK.5.1
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN
PENDIDIKAN UJUNG PANDANG
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat
menyelesaikan makalh ini yang berjudul: “ANALISIS
AKTIVITAS INVESTASI”
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta
bantuan berbagai pihak lain untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam penyelesaian makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami
miliki sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas serta makalah
berikutnya.
Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan analisis aktivitas investasi, berharap
dapat berguna dikemudian hari.
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR
ISI
Sampul
Depan.................................................................................................................... 1
Kata
Pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar
Isi............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
C. Tujuan
Analisis .......................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGENALAN ASET LANCAR ............................................................................. 7
1.1 Kas Dan Setara Kas ............................................................................................ 7
1.2 Piutang ................................................................................................................ 8
1.3
Beban
Dibayar Dimuka ........................................................................................ 11
B. P E R S E D I A A N ................................................................................................. 11
2.1 Akuntansi dan Valuansi
Persediaan ........................................................................ 11
2.2 Analisis Persediaan ............................................................................................... 14
C. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG ........................................................... 19
3.1 Akuntansi Aset Jangka Panjang
............................................................................. 20
3.2 Kapitalisasi Versus
Pembenahan ........................................................................... 21
D. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM .......................................................... 22
4.1 Menilai Aset Tetap Dan Sumber
Daya Alam .......................................................... 22
4.2 Menganalisis Aset Tetap Dan
Sumber Daya Alam .................................................. 26
E. ASET TAK BERWUJUD .......................................................................................... 28
5.1 Akuntansi Aset Tak Berwujud ............................................................................... 28
5.2 Analisis Aset Tak Berwujud .................................................................................. 29
5.3 Goodwill ............................................................................................................. 29
5.4 Aset Tak Berwujud tak
Tercatat dan Kontinjensi .................................................... 29
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 31
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Aset merupakan manfaat ekonomi yang diperoleh oleh
seseorang atau suatu perusahaan yang dapat digunakan masa mendatang dan
merupakan hasil dari kejadian atau transaksi di masa lalu. Aset memiliki sifat
sebagai manfaat ekonomi (economic benefits) dan bukan sebagai sumber
ekonomi(economic resources). Hal ini dikarenakan manfaat ekonomi tidak
membatasi bentuk ataupun jenis dari sumber ekonomi yang dapat dikategorikan
sebagai aset.
Aset dapat dibagi dalam dua jenis yaitu tangible (
berwujud) dan intangible( tidak berwujud).Asset berwujud yaitu asset yang
terlihat fisik aslinya dan asset yang nilainya sesuai dengan wujudnya misalnya
bangunan, mesin yang harganya sesuai dengan ongkos pembuatannya (walaupun tanah
tidak ada ongkos pembuatannya namun tanah termasuk asset berwujud).Asset tidak
berwujud yaitu asset yang tidak terlihat fisik aslinya dan asset yang nilainya
tidak sebanding dengan wujud fisiknya misalnya surat berharga saham yang wujud
fisiknya hanya secarik kertas yang ongkos pembuatannya relatif murah dan tidak
sama dengan nilai atau harga jika secarik kertas tersebut kita jual.
B.
RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi Rumusan Masalah pada “Analisis
Aktivitas Investasi”, yaitu :
1.
Apakah
yang di maksud dengan Aset LAncar ?
2.
Apa
sajakah yang termasuk dalam penilaian Persediaan ?
3.
Bagaimanakah
Pengenalan Aset Jangka Panjang ?
4.
Apa
sajakah yang termasuk didalam Aset Tetap dan Sumber Daya Alam ?
5.
Bagaimanakah
Aset Tak Berwujud dalam aktivitas
investasi ?
C.
TUJUAN ANALISIS
Tujuan
analisis aktivitas investasi pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mendefinisikan
Aset Lancar dan Relevansinya terhadap Analisis.
2. Menjelaskan
manajemen Kas dan Implikasinya terhadap Analisis.
3. Menganalisis
piutang, pentisishan piutang tak tertagih, dan sekuritasi piutang.
4. Menginterpretasi
dampak alternative metode persediaan dalam berbagai kondisi usaha.
5. Menjelaskan
konsep asset jangka panjang dan implikasinya terhadap analisis.
6. Menginterpretasi
penilaian dan alokasi biaya asset tetap dan sumber daya alam.
7. Mendeskripsikan
dan menganalisis asset tak berwujud dan pengungkapannya.
8. Menganalisis
laporan keuanagan untuk melihat asset yang tidak tercatat dan aset kontijen.
BAB
II
P E M B A H A S A N
A. PENGENALAN ASET LANCAR
Asset lancar merupakan
sumberdaya atau klaim atas sumberdaya yang langsung dapat diubah menjadi kas.
Asset lancar adalah adalah asset yang diharapkan akan dijual, ditagih atau
digunakan selama satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang
akan menjadi lebih panjang.
Selisish antara asset lancar dengan
kewajiban lancar disebut modal kerja. Perusahaan memerlukan modal
kerja untuk beroperasi dengan efektif, namun modal kerja mahal karena akan
menggunakan investasi yang paling mnguntungkan . banyak perusahaan berusaha
meningkatkan profitabilitas dan arus kasnya dengan mengurangi investasi pada
asset lancar melalui metode seperti pengelolaan penjaminan kredit dan penagihan
yang efektif, serta persediaan tepat waktu. Perusahaan lain berusaha untuk mendanai
asset lancara mereka dengan kewajiban lancar, seperti utang dagang, sebagai
usaha mengurangi modal kerja.
1.1 Kas Dan Setara Kas
Kas
merupakan asset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito
dana, money orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong asset yang
sangat lancar, investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan
hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahanj harga yang disebabakan pergerakan
tingkat bunga minimal.
Kosep likuidasi penting dalam
analisis laporan keuangan. Likuiditas berarti jumlah kas atau setra kas yang
dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam waktu singkat.
Jumlah asset likuid yang dilaporkan perusahaan pada neraca sangat beragam.
Umumnya perusahaan dalam industry yang dinamis membutuhkan likuiditas yang
lebih tinggi untuk memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap
perubahan yang cepat pada lingkungan yang kompetitif.
Selain memeriksa jumlah asset
likuid untuk perusahaan, analisis juga harus mempertimbangkan hal berikut :
1. Sejauh
mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat mengalami
penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
2. Kas
dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk mendukung
suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.
1.2 Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo
yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang.
piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk membayar yang perasal dari
penjualan produk dan jas asecara kredit. Wesel tagih mengacu pada janji
tertulis untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika
diharapkan akan direalisasi atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu
siklus operasi, tergantung dari mana yang lebih panjang.
a.
Penilaian Piutang
Analisis piutang sangat penting
karena dampaknya terhadap posisi asset dan arus laba yang saling terkait.
Realitanya banyak perusahaan yang tidak mampu menagih semua piutangnya.
Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan mengurangi asset lancar serta
laba bersih sekarang dan masa depan. Resiko analisis ini adalah pengalaman masa
lalu kurang bisa memprediksi kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal
mencerminkan kondisi terkini.
b.
Analisis Piutang
Kita harus waspada terhadap insentif
manajemen dan auditor dalam melaporkan laba dan asset. Dengan memperhatika hal
tersebut, terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis piutang.
Resiko kolektabilitas. Manajemen
sering kali lebih mementingkan pengalaman masa lalu karena kondisi ekonomi
sulit diprediksi. Analisis harus mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan
dengan rumus untuk menghitung penyisishan piutang tak tertagih sangat mudah dan
praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang menghasilkan
kesalahan. Informasi yang berguna harus diperolaeh dari sumber atau perusahaan
lain. alat analisis untuk memeriksa kolektabilitas mencangkup:
1. Memebandingkan
presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing dengan perusahaan yang
sedang dianalisis.
2. Memerikasa
konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang terkosentrasi pada satu
atau sedikit pelanggan.
3. Menghitung
menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang disbanding dengan
syarat kredit pelanggan untuk industry yang bersangkutan.
4. Menentukan
bagian piutang yang merupakan pengalihan dari piutang atau wesel tagih masa
lalu.
Analisis posisis keuangan
terkini dan kemampuan perusahaan memenuhi utang lancar yag
tercermnin dalam pengukuran seperti rasio lancar juga harus mengakui pentingnya
siklus operasi untuk mengklasifikasi piutang lancar. Siklus operasi dapat
menghasilkan piutang cicilan nyang belum dapat tertagih selama beberapa tahun
dapat dilaporkan sebagai asset lancar. Analisis asset lancer dan kaitanya
dengan kewajiban lancer harus diakui dan disesuaikan dengan risiko
waktu ini.
Keaslian piutang. Pemahaman
mengenai praktik industry dan sumber informasi tambahan digunakan untuk
menambah keyakinan. Pelanggan pada industry tertentu mengembaikan hak untuk
mengembakikan barang. Analisis harus mempertimbangkan hak
pengembalian tersebut. Hak pengembalian yang bebas dapat menurunkan
kualitas piutang.
Skuritas piutang. Salah satu
masalah analisis penting adalah saat perusahaan menjual semua atau again
piutanganya pada pihak ketiga yang disebut anjak piutang atau skuritisasi,
piutang dapat dijual dengan ataupun tanpa recourse pada pembeli
jaminan kolektabilitas.
Skuritas piutang sering kali
dilakukan dengan menciptakan entitas bertujuan kusus seperti perwalian
pembelian piutang dari perusahaan dan mendanai pembelian ini melalui penjualan
obligasi ke pasar.
Piutang usaha disajikan sebesar
jumlah neto setelah dikurangi dengan penyisihan piutang tidak tertagih, yang
diestimasi berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang. Piutang
dihapuskan pada saat piutang tersebut dipastikan tidak akan tertagih.
Terdiri dari piutang usaha : pihak
ketiga dan pihak hubungan istimewa, piutang lainnya yang terdiri dari pihak
ketiga dan pihak hubungan istimewa.
Analisis umur piutang :
Lancar
Rp374,413
Jatuh
tempo:
1
- 30
hari 46,975
31 - 60
hari
2,471
61
- 90
hari
1,833
>
90
hari
4,339
Jumlah Rp430,031
Dikurangi:
Bersih Rp429,477
Mutasi penyisihan
piutang tidak tertagih adalah sebagai, berikut:
Saldo
pada awal tahun
8,752
Penambahan
penyisihan 6,405
Tahun berjalan
Penghapusan
(14,603)
Saldo
pada akhir tahun
554
Berdasarkan hasil penelaahan
terhadap keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun,
manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan piutang tidak tertagih tersebut cukup
untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha di
kemudian hari.
1.3 Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar dimuka
merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa yang belum
diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena mencerminkan
jasa yang diberikan jika tidak ada
membutuhkan penggunaan asset lancar
lain.
B. PERSEDIAAN
2.1
Akuntansi Dan Valuasi Persediaan
Persediaan merupakan barang yang
dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Pentingnya metode akumulasi
biaya dalam penilaian persediaan disebabakan oleh dampaknya pada laba bersih
dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan untukm mengalokasikan biaya
barag tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir.
Persamaan persediaan dapat
digunakan untuk memahami arus persediaan. Untuk perusahaan: persediaan awal +
pembelian bersih – harga pokok penjualan = persediaan akhir.
Persamaan ini menekankan arus biaya dalam perusahaan. Arus ini secara
alternative dapat dinyatakan pada grafik sebelah kiri.
Biaya persediaan awalnya dicatat
pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini dipindahkan dari nerca dan
mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan. Biaya tidak
dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan, melainkan dapat
dicatat pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada lapiran
laba rugi profitabilitas untuk dikaitkan dengan
pendapatan penjualan.
Konsep penting akuntansi persediaa
adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh pada periede terjualnya,
maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang. Namun jika persediaan
tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana
yang telah terjual dan iaya mana yang tersdia pada neraca.
Arus Biaya Persediaan:
Untuk memberikan ilustrasi asumsi
arus biaya yang tersedia, misalanya catatan persediaan suatu persahaan sebgai
berikut:
Persediaan
tanggal 1 januari,
2009 40 unit@$500 = $20.000
Harga pokok
barang tersedia untuk dijual 100
unit $56.000
Selanjutnya, jika sepanjang tahun
terjual 30 unit seharga $800 dan
menghasilkan
pendapatan penjualan sebesar $24.000. GAAP memeberikan tiga pilihan
bagi perusahaan untuk menentukan biaya mana yang akan dikaitkan dengan poen
jualan:
First- in,
firs-out (FIFO). Metode ini mengansumsikan
bahwa yang dibeli pertama merupakan yang pertama dijual. Berikut adalah
laba kotor perusahaan jika menggnakan FIFO:
Penjualan $24.000
Laba kotor $
9.000
Oleh karena biaya persediaan
sebesar $15.000 telah dipindahkan dari neraca, biaya persediaan yang dilaporkan
pada neraca akhir periode adalah $41.000.
Last-in,
first-out (LIFO), metode ini
mengansumsikan bahwa yang dibeli terakhir merupaka yang pertama dijual.
Sehingga laba kotornya adalah sebgai berikut:
Penjualan $24.000
Laba Kotor $ 6.000
Oleh karena biaya persdiaan sebesar
$18.000 telah dipindahkan dari neraca dan tercemin pada HPP, biaya yang tersisa
pada neraca sebesar $38.000 dilaporkan sebgai persediaan.
Average
cost (Biaya persediaan rata-rata). Unit
dijual tanoa memperhatikan uutan pembeliannya dan menghitung HPP serta
persediaan akhir seagai rata-rata tertimbang sedrrhana sebgai berikut:
Penjualan $24.000
Laba
kotor $ 7.200
HPP dihitung dengan menggunakan
rat-rata tertimbang dari biaya barang tersedia untuk dijual total dibagi dengan
jumlah unit yang tersedia untuk dijual ($56.000/100=$560). Persediaan akhir
dilaporkan pada neraca adalah $39.200.
2.2 Analisis Persediaan
a. Dampak
Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas
Ringkasan hasil perhitungan dengan tiga
alternative metode diatas adalah :
Metode
|
Persediaan Awal
|
Pembelian
|
Persediaan Akhir
|
Harga Pokok Penjualan
|
FIFO
|
$20.000
|
$36.000
|
$42.000
|
$15.000
|
LIFO
|
$20.000
|
$36.000
|
$38.000
|
$18.000
|
Average Cost
|
$20.000
|
$36.000
|
$30.200
|
$16.800
|
Laporan laba rugi berdasarkan ketiga metode berikut adalah:
Metode
|
Penjualan
|
Harga Pokok Penjualan
|
Laba kotor
|
FIFO
|
$24.000
|
$15.000
|
$9.000
|
LIFO
|
$24.000
|
$18.000
|
$6.000
|
Average Cost
|
$24.000
|
$16.800
|
$7.200
|
Kesimpulan : laba kotor dapat dipengaruhi
oleh pilihan metode penghitungan biaya perusahaan.
Pada periode dimana harga meningkat, FIFO
memberikan laba kotor yang lebih tinggi disbanding LIFO karena biaya persediaan
yang lebih rendah dikaitkan dengan pendapatan penjualan dengan harga pasar
terkini. Hal ini sering dinyatakan segai keuntungan fiktif FIFO karena laba
kotor sebenarnya merupakan penjumlahan dari laba ekonomi dan
laba kepemilikan.
Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang
terjual dikalikan dengan selisish antar harga juala dsan biaya penggantian
persdiaan seperti dibawah ini:
Laba ekonomi = 30 unit X ($800-$600) = $6.000
Laba kepemilikan merupakan kenaikan
biaya penggantian karena persediaan telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit
terjual dikalikan dengan selisish biaya penggntian terkini dengan biaya
perolehan awal, seperti dibawah ini:
Laba kepemilikan = 30 unit x ($600-$500) = $3.000
Dari laba kotor sebesar $9.000, sebesar
$3.000 terkait dengan keuntungan inflasi yang diperoleh perusahaandari pembelian
persdiaan masa lalu.
Laba kepemilikan merupakan fungsi dari
perpuratan persediaan – berapa lama persediaan tersimpan- dan tingkat inflasi.
Salah satu masalah serius adalah bahwa keuntungan ini telah hilang selama beberapa
decade terakhir karena inflasi yang lebih rendah dan pengawasan manajemen atas
kuantitas persediaan melalui proses manufaktur yang lebih baik, serta
pengendalis persdiaan yang lebih baik.pada negara yang tingkat inflasinya lebih
tinggi disbanding Amerika Serikat, keuntungan kepemilikan FIFO masih menjadi
masalah.
b. Dampak
Biaya Persediaan Terhadap Neraca
Pada periode harga meningkat, dan
dengan asumsi persediaan belum melikuidasi laporan persediaan lamanya, LIFO
melaporkan persediaan akhitr pada harga yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca perusahan yang menggunakan LIFO,
tidak secara akurat mencerminkan investasi lancaryang dimiliki perusahaan dalam
persediaan.
c. Dampak
Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas
Peningkatan laba ktor dengan metod
FIFO juga menyebabkan laba sebelum pajak yang lebih tinggi, sehingga
menimbulkan utang pajak yang lebih tinggi. Pada periode ini di mana harga
meningkat, perusahaan dapat terjebak pada penguranagan arus kas karena membeyar
pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti persediaan yang terjuala pada biaya
penggantianyang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pembelian awal.
Salah satu alasan digunakannya LIFO
adalah pengurangan kewajiban pajak pada periode harga meningkat. Namun IRS
mengharuskan bahwa perushaan yang menggunakan LIFO untuk tujuan pajak harus
menggunakan metode ini untuk laporan keuangan. Ini merupakan aturan ketaan LIFO
(LIFO conformity rule).
Perusahaan yang menggunakan biaya
persediaan LIFO diharuskan untuk mengungkapkan jumlah yang akan dilaporkan jika
perusahaan menggunakan metode FIFO. Selisish anatar kdua metode ini dinamankan
cadangan LIFO. Hal ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah yang akan
memengaruhi arus kas kumulatif maupun periode berjalan karena penggunaan LIFO.
d. Masalah
Penilaian Persediaan Lainnya
Likuidasi LIFO. Perusahaan diwajibkan mencatat setiap tingkat biaya sebagai kelompok
npersediaan terpisah. Untuk biaya persediaan LIFO, persediaan akhir diloaporkan
pada biaya pembelian terdahilu yang dapat lebih rendah atau lebih tinggi secara
signifikandari buaya saat ini. Pada periode harga meningkat pengurangan kuantitas
masalah disebut sebagai likuidasi LIFO menghasilkan
peningkqatan pada laba kotor seperti penggunaan pada biaya persediaan
FIFObegitu juga sebaliknya. Dampak likuidasi LIFO dapat dilihat pada catatan
kaki persediaan laporan tahunan. Perusahaan mengindikasikan bahwa pengurangan
kuantitas persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat dengan biaya masa
lalu yang berbeda dengan biaya sekarang. Seorang anslisi LIFO harus hati-hati
terhadap dampak likuidasi LIFO pada profitabilitas.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis
Dari LIFO ke FIFO. Metode LIFO merupakan
metide yang diharapkan oleh penganalisis, karena laporan laba rugi tidak
membutuhkan penyesuaian besar disebabakan harga pokok penjualan telah mendekati
biaya terkini. Namun metode ini menyebabkan persediaan neraca tidak
mencerminkan harga saat ini-sering kali dinyatakan lebih rendah. Hal ini dapat
mengurangi kegunaan berbagai pengukuran seperti rasio lancar atau rasio
perputaran persediaan. Hal ini menyebabakan kemampuan perusahaan dalam
memebayar utang terlalau rendah, perputara persediaan terlalau tinggi. Untuk
mengatasinya, dapat menggunakan teknik analisis untuk menyesuaikan LIFO agar
lebih mendekati situasi performa dengan mengasumsikan FIFO.
Penyesuaian neraca dimungkinkan jika
perusahaan mengungkapakan selisish lebih biaya kini atas persediaan yang
dihitung dengan LIFO, atau cadanagn LIFO. Maka diperlukan tiga penyesuain
berikut :
1. Persdiaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadanganLIFO
2. Pertambahan kewajiban pajak tengguhan
sebesar: (cadangan LIFO X tariff pajak)
3. Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif
pajak)
Umunnya saat harga meningkat, laba LIFO lebih
kecil pada laba FIFO. Namun, dampak bersih dari penyajian kembali pada tahun
manapun tegantung oada dampak kombinasi dari perubahan persediaan awal dan
akhir serta factor lain termasuk likuidasi lapisan LIFO.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis
Dari FIFO ke LIFO. Penyesuaian ini
membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan kesalahan. Laba LIFO
mencakup laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat manfaat untuk
menghitung persediaan awal (PAFIFO) x tingkat inflasi untuk lini persediaan
tertentu yang dimiliki perusahaan:
HPPLIFO = HPPFIFO + (PAFIFO x
r), dengan r sebagai tingkat inflasi.
Perhatikan bahwa r, bukan m,erupakan tingkat
inflasi umum seperti IHK atau IHP. Indeks ini merupakan inflasi yang terkait
dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan
memiliki beberapa lini produk, indeks prodeuksinya harus diestimasi secara
terpisah. Jika r bukan buka tungkat inflasi pada umumnya seperti CPI tau IHP,
dan dimaksud adalah indeks inflasi sehubungan dengan lini persediaan
tertentu yang dimiliki perusahaan.Dalam hal ini perusahaan mempunyai berapa
lini produk, secara teori, tiap lini tersebutharus diestimasi secara terpisah.
Estimasi r dapat menggunakan angka yang
dikeluarkan opelh departemen perdagangan untuk industriu kusus perusahaan.
Selain itu jika perusahaan menjalankan usaha erdasarkan komuditas dapat
digunakan dengan asumsi bahwa komponen biaya biaya persediaan lain berubah
secara proporsional terhadap bahan bakunya. Analisis juga dapat menggunakan
tingkat inflsi perusahaan pesaing. Jika perusahaan dengan lini produk serupa
menggunakan biaya persediaan LIFO, tingkat inflasi dapat diestimasi sebesar
peningkatan cadangan LIFO : persediaan perusahaan pesaing erdasarkan FIFO pada
akhir periode lalu sebagai berikut :
R = perubahan cadangan LIFO
Persediaan FIFO dari akhir periode
lalu
e. Biaya
Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan
Produksi
Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen :
1.
Bahan
baku atau bahan mentah – biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat
produk.
2.
Tenaga
kerja – biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi.
3.
Overhead
– biaya tidak langsung pada prises manufaktur.
Overhead sering kali merupakan komponen biaya
produk terbesar dan paling sulit diukur untuk tingkat produksi. Total overhead
harus dialokasikan pada seluruh hasil produksi. Analisi biaya ini harus waspada
bahwa alokasi biaya overheadbukan merupakan ilmu pasti dan sangat tergantung
pada asumsi yang digunakan. Jika peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan
persediaan akhir meningkat, lebih banyak viaya overhead yang tinggal dineraca
dan profitabilitas meningkat. Kemudian saat kuantitas persediaan menurun,
laporan laba rugi tidak hanya terbebano niaya overhead periode berjalan tetapi
juga biaya overhead perode sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun
berjalan, karenanaya laba menjadi turun. Oleh karena itu analisi harus waspada
terhadap dampak perubahan tingkat prduksi terhadap laba yang dilaporkan
f. Biaya
Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah
Prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau valuasi adalah menilai pada biaya perolehan atau nilai pasar,
dinilai dari mana yang lebih rendah (lower of cost or market- LOCOM). Nilai
atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini melalui
pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi
nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah
dikurangi margin keuntungan normal. Batas atas nilai pasar, atau nilai
realisasi bersih, mencerminkan biaya oenyelesaian dan penyerahan yang terkait
dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan bahwa jika nilai
persediaan diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi nilai pasar,
angka penurunan yang terjadi telah mencakuo realisasi laba kotor normal atas
penjualan ayng akan dilakukan.
Biaya (cost) merpakan biaya
perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu dari metode biaya
persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata. Analisis persediaan
kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini
cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode
biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar. Dalam praktik, beberapa
perusahaan dengan sukarela mengungkapkan biaya persediaan terkini, biasanya
pada catatan.
C. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG
Aset jangka panjang metupakan aset yuang
digunakan untuk menghasilkan penghasilan operasi atau mengurangi biaya operasi
untuk lebih dari satu periode. Asset jangka panjang yang paling umum adalah
asset tetap berwujudseperti bangunan, pabrik dan peralatan. Aset jangka panjang
juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten, merk dagang, copyright, dan
goodwill.
3.1 Akuntansi Aset Jangka Panjang
a. Kapitalisasi,
Alokasi, dan Penurunan Nilai
Proses akuntansi aset jangka panjang mencakup
tiga aktivitas terpisah, diantaranya kapitalisasi, alokasi, dan penurunan
nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya yang
terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung
selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun
asset.
Alokasi (allocation) merupakan proses
pembebanan biaya tangguhan (aset) secara periodic sepanjang satu atau lebih
periode amnfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini dinamakna penyusutan untuk
asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud, dan deplesi untuk sumber
daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses penurunan nilai buku
asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya
tersisa yan masih tercatat pada neraca.
Kapitalisasi Aset jangka panjang diciptakan melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi
berarti menempatkan aset di neraca, bukan membebankan biayanya dilaporan laba
rugi. Untuk aset berwujud (hard asset) seperti Plant Property and Equiptment
(PPE), aset dicatat sesuai nilai perolehan. Sedangkan untuk aset tak berwujud
(soft asset) seperti litbang, iklan, biaya upah, kapitalisasi lebih bermasalah.
Semua aset ini tidak menghasilkan keuntugan di masa depan, meskipun dapat
ditempakan sebagai aset. Konsekuensinya, biaya aset tidak berwujud segera
dibiayakan dan tidak dicatat pada neraca.
Alokasi merupakan
pembebanan biaya aset secara periodik sepanjang periode manfaat yang
diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan (depreciation) jika terkait dengan
aset tetap, amortisasi (amortization) jika digunakan untuk aset tak berwujud,
dan deplesi (depletion) untuk sumber daya alam, ketiga istilah tersebut mengacu
pada alokasi. Alokasi biaya meruoakan proses untuk mengaitkan biaya aset dengan
manfaatnya dan bukan merupakan proses valuasi. Nilai tercatat aset (niali
kapitalisasi dikurangi alokasi biaya kumulatif) tidak perlu mencerminkan nilai
wajar.
Tiga faktor ayng menentukan nilai alokasi
biaya, yaitu periode manfaat, nilai sisa, dan metode alokasi.
Penurunan Nilai (Impairment) Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto) lebih kecil disbanding
dengan nilai tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), aset perlu
diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto
taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada
neraca dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang sama.
Ada dua distorsi terkait dengan penurunan
aset, yaitu.
a. Bias
konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat
diturunkan namun tidak dapat dinaikkan
b. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang
mendistorsi laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai
aset pada neraca.
3.2
Kapitalisasi Versus Pembebanan
Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
Kapitalisasi merupakan bagian penting dari
akuntansi modern. Kapitalisasi mempengaruhi baik laporan keuangan maupun
rasionya. Kapitalisasi juga membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus
kas sebagai pengukuran kinerja keuangan.
Dampak Kapitalisai terhadap Laba
Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap
laba. Pertama, kapitalisasi menangguhkan pengakuan biaya. Sehingga menghasilkan
laba yang lebih tinggi selama periode akuisisi namun laba yang rendah pada
periode berikutnya jika dibandingkan dengan pembebanan biaya. Kedua,
kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba.
Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat
Pengembalian Investasi
Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis
investasi dari rasio tingkat pengembalian investasi. Sebaliknya, membebankan
biaya aset menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan
fliuktuasi laba. Peningkatan fliktuasi laba diperbesar dengan digunakannya
basis investasi, ayng mengarah pada rasio tingkat pemgembalian yang lebih
berfliktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap
pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan
terlalu tinggi pada tahun-tahun berikutnya.
Dampak
Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Biaya aset secara langsung, rasio
solvabilitas, seperti rasio utang terhadap ekuitasmencerminkan kondisi
perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya. Hal ini terjadi karena
pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk
perusahaan yang memiliki aset produktif.
Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi
Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya
ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset
dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas
investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset akan menyatakan arus
kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu
rendah pada tahun akuisisi dibandingkan degngan kapitalisasui biaya.
D. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM
Properti, pabrik, dan peralatan
(atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang digunakan dalam
proses menafkur, penjualan, atau jasa untuk menhasilkan pendapat dan arus kas
selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode
manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode.
Aset ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk
dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau potensi jasa yang dimiliki akan
berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya merupakan aset operasi yang
terbesar. Properti terkait dengan biaya real estat: pabrik mengacu
pada bangunan dan struktur operasi: dan peralatan mengacu pada mesin yang
digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan disebut juga aset
produktif, aset model, dan aset tetap.
4.1
Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam
Bagian ini mendiskripsikan penilaian aset dan
sumber daya alam.
a.
Menilai Properti, Pabrik, dan
Peraalatan
Biaya ini mencakup beban apapun yang
diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan
atau siap memberikan jasa seperti baiya angkut, instalasi, pajak, dan biaya
pemasangan (set up). Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada
saldo akun aset. Alasan digunakan biaya historis terutama sehubungan dengan
objektivitasnya. Penilaian aset tetap dengan biaya historis, jika diterapkan
secara konsisten, biasanya tidak menghasilkan distorsi yang serius. Bagian ini
akan mempertimbangkan beberapa masalah khisus yang akan terjadi saat menilai
aset.
b. Menilai
Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang digunakan
disebut aset yang dihabiskan (wasting asset), merupakan hak untuk mengambil
atau mengonsumsi sumber daya alam.Juga sering kali terdapat biaya cukup tinggi
untuk menemukan sumber daya yang dikapitalisasi dalam neraca, dan biaya ini
langsung dibebankan saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsi,
atau dijual. Perusahaan biasanya mengalikasikan biaya sumber daya alam pada
jumlah estimasi unit cadang yang tersedia.
c.
Penyusutan
Prinsip dasar penyusutan laba adalah , laba
yang mendapatkan manfaat dari penggunaan aset jangka panjang, harus menanggung
bagian proporsional dan biaya aset tersebut. Penyusutan merupakan alikasi biaya
bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa manfaatnya.
Meskipun penambahan kembali dalam laporan
arus kas atau nenan non kas, penyusutan tidak menghasilkan dana bagi
penggantian aset. Hal ini merupakan kesalahan konseo yang umum terjadi.
Pendanaan dari biaya modal dicapai melalui kegiatan arus kas operasi maupun
pendanaan.
c.1 Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan tergantung pada dua faktor
, masa manfaat dan metode alokasi.
Umur masa manfaat. Kerusakan fisik merupakan
faktor penting yang membatasi masa manfaat, dan hamper seluruh aset
mengalaminya. Frekuensi dan kualitas pemeliharaan mempengaruhi kerusakan fisik.
Pemeliharaan dapat memperpanjang masa manfaat namun tidak bisa membuat masa
manfaat menjadi takterbatas. Faktor pembatas lainnya adalah keusangan, yang
mengurangi masa manfaat melalui perkembangan teknologi, pola konsumsi dan
kekuatan ekonomi. Keusangan bisa terjadi jika perkembangan teknologi membuat
aset menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis sebelum masa manfaatnya habis.
Metode Alokasi.Keragaman penyusutan secara signifikan disebabkan oleh metode yang
dipilih. Kita akan melihat ada dua jenis metode yang biasa digunakan, garis
lurus dan dipercepat.
1.
Garis Lurus.
Metode penyusutan garis lurus (straight line) mengalokasikan biaya aset pada
masa manfaat berdasarkan beban periodic yang sama. Bangunan dibandingakan untuk
mesin dimana penggunanya merupakan faktor yang lebih penting. Penentu
penyusutan lain, keusangan, tidak selalu terjadi seragam sepanjang waktu. Namun
karena tidak adanya informasi mengenai tingkat penyusutan yang mungkin, metode
garis lurus memiliki keunggulan karena sederhana. Karakteristik ini,
memungkinkan yang menjadikan metode ini popular, diandingkan karakteristik lainnya.
Analisis kita harus mewaspadai kelemahan konseptual
penyusutan garis lurus. Penyusutan garis lurus secara implist mengasumsikan
bahwa penyusutan pada tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya saat
mungkin aset telah kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang lebih
tinggi.Penyusutan garis lurus menghasilkan bias yang makin besar pada pola
tingkat pengambilan aset sepanjang waktu.
Meskipun biaya pemeliharaan dapat menurunkan laba sebeum
penyusutan, biaya ini tidak menghilangkan dampak meningkatnya pengembalian
seiring waktu. Tentunya, peningkatan aset yang sudah tua tidak tercermin pada
sebagian besar perusahaan.
2. Dipercepat.Metode
penyusutan yang dipercepat (acceleranted) mengalokasikan biaya aset sepanjang
masa manfaat dengan pola yang semakin menurun. Penggunaan metode ini didukung
oleh penerimaan dan interval Revenue Code. Daya penarik metode ini untuk tujuan
pajak adalah percepatan alokasi biaya dan berikut penangguhan laba kena pajak.
Semakin cepat aset dihapuskan untuk tujuan pajak semakin besar
penangguhan pajak untuk masa depan, dan semakin banyak dana yang
tersedia lagsung untuk operasi. Konsep yang mendukung metode dipercepat adalah
padangan bahw beban penyusutan yang semakin kecil sepanjang waktu merupakan
kompensasi atas (1) peningkatan biaya perbaikan dan perawatan, (2) penurunan
pendapatan dan efisiensi operasi, serta (3) peningkatan ketidakpastian
pendapatan atas aset berumur di masa depan (karena keusangannya).
3. Khusus. Metode
penyusutan khusus ditentukan pada industrui tertentu seperti baja dan mesin
berat. Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban penyusutan pada aktivitas
penggunaan asset. Jika metode aktivitas atau yang biasa juga disebut
sebagai metode unit produksi dietapkan, perlu menelaah estimasi masa manfaat
secara periodic.
c.2 Deplesi
Deplesi merupakan alokasi biaya
sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan. Deplesiasi
tergantung pada produksi, menghasilkan lebih banyak produksi berarti
mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.
c.3 Penurunan Nilai
Bangunan dan sumber daya alam
biasanya dusustkan selama masa manfaat berdasarkan prinsip alokasi dengan
tujuan penentuan laba. Nilai yang terbawa dari asset yang disusutkan tidak
dirancang untyuk merefleksikan nilai sekarang dari asset. Meskipun
dengan konservativ, akuntansi seringkali melakukan refleksi nilai, dengan
menurunkan nilai pada neraca (write down) untuk merefleksikan nilai saat
ini. saat Ini akuntansi tidak memperbolehkan menuliskan nilai asset untuk
merefleksikan nilai pasar.
4.2
Menganalisis Asset Tetap Dan Sumber
Daya Alam
Valuais asset tetap dan sumberdaya
alam menekankan objektivitas biaya historis. Namun, biaya historis tidak
relevan dalam menilai asset pengganti. Juga biaya ini tidak dapat dibandingkan
untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat untuk
mengukur biaya kesempatan atau dalam menilai kegunaan alternative dana. Dalam
periode tingkat dana meningkat, biaya histori mencerminkan daya beli yang
bebeda.
Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar
nilai pasar tidak diperbolehkan dalam akuntansi. Namun, konservatismen
mengizinkan adanya oenghapusan nilai karena penurunan nilai yang permanen.
Penurunana nilai menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas
operasi pada periode masa depan.
Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai
asset jangka panjang mewajibkan perusahaan untuk secara berkala menelaah
kejadian atau perubahan kondisi yang merupakan penurunan nilai. Penurunan asset
setelahnya dapat mendistorsi hasil yang dilaporkan. Jika taksiran arus kas
tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat asset, maka nilai asset
diturunkan. Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisish nilai tercatat
asset dengn nilai wajarnya.
a.
Menganalisis
Penyusutan Dan Deplesi
Sebagaian besar perusahaan menggunakan aset produktf jangka panjang pada
aktivitas operasi mereka, dan penyusutan merupakan beban utama. Salah satu
faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah adanya revisi masa manfaat
asset.
Biasanya tidk adan pengungkapan mengenai
hungun antar tingkat penyusutan dan ukuran kelompok asset, maupun antara
tingkat tersebut dan metode akuntansi. Tantangan lain bagi analisis ini berasal
dari perbedaan metode alokasi yang digunakan untuk pelaporan keuangan dan
tujuan pajak. Tiga kemungkinan yang umum adalah:
1.
Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun tujuan pajak
2. Penggunaan garis lurus untuk lapiran keuangan dan metode
dipercepat untuk pajak. Dampak pajak menguntungkan berasal dari
penangguhan pembayaran pajak yang menghasilkan penggunaan dana gratis.
3. Penggunaan metode dipercepat baik
untuk pelaporan keuangan maupun tujuan pajak. Hal ini mengakibatkan
penyusustan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal, yang dapat diperpanjang
selama beberapa tahun bagi perusahaan yang sedang ekspansi.
Meskipun terdapat kelemanahan, informasi
penyusustan tidak boleh diabaikan. Kesalahan konsep lain dalam
penyerdehanaan arus kas adalah bahwa penyusutan hanya meruoakan beban tata buku
dan berbed dari beban lain seperti tenaga kerja dan bahan baku, oleh karena
itu, boleh dikeluarkan dan dianggap tidak sepenting beban lainnya.
Menganalisa penyusustan memebutuhkan evaluasi
kelayakan. Evaluasi ini dapat menggunakan pengukuran seperti rasio
penyusutan terhadap asset total atau penyusustan terhadap faktir yang terkait
dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang terkait dengan umur
asset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusustan antar
periode dan antar perusahaan diantaranya Rata-rata jangkauan total, umur
rata-rata dan umur sisa rata-rata.
Pengukuran tersebut memberikan estimasi yang
layak untuk perusahaan yang menggunakan oenyusustan garis lurus tetapi tidak
terlalau bermanfaat bagi perusahaan yang menggunakan metode dipercepat.
Pengukuran lain yang sering digunakan dalam analisis ini adalah :
Rata-rata jangkauan waktu total = umur
rata-rata + umur sisa rata-rata
Tiap pengukuran dapat memebantu menilai
kebijakan dan keputusan penyusustan sepanjang waktu. Umur rata-rata bagunan dan
perlengkapan berguna untuk mengevaluasi bebrapa factor seperti margin laba dan
persyaratan pendanaan masa depan.
b.
Analisis Penurunan Nilai
Tiga masalah analis yang timbul dari penurunan nilai adalah
evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai, evaluasi kelayakan waktu penurunan
nilai, dan analisis efek penurunan nilai terhadap laba.
Evaluasi waktu penurunan asset juga cukup penting dan
merupaka tugas analis tersulit. Pertama perlu melakukan identifikasi asset yang
diklasifikasikan akan turun, kemudian mengukur presentase asset yang dihapus
dan evaluasi apakah nilai penghapusan layak atau tidak untuk kelas asset yang
bersangkutan. Jika penghapusa terjadi, akibat kelemahan industry secara
keseluruhan maka nakan sengan bermanfaat apabila membandingkan
prosentase penghapusan yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain
di dalam industri yang sama.
E. ASET TAK BERWUJUD
Asset tidak berwujud
merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian.. Dengan
karakteristik umum tingginya ketidak pastian masa manfaat dan tidak adanya
wujud fisik. Asset tidak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari
suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan
mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif.
Terdapat berbedaan
penting antar akuntansi asset berwujid dan tak berwujud. Jika perusahaan
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja untuk menciptakan asset berwujud,
perusahaan akan mengkapitalisasi biaya dan menyusutkannya sepanjang masa
manfaat. Sebaliknya jika perusahaan menghabisankan uang untuk mengiklankan
suatu produk atau melatih agen penjualan perusahaan tidak dapat
menkapitalisasi biaya ini meskipun terdapat manfaat masa depan.
5.1 Akuntansi Aset Tak Berwujud
a. Asset tak berwujud
yang dapat diidentifiksikan merupaka asset tak berwujud yang dapat
diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau
keistimewaaan selama periode manfaat yang terbatas.
b. asset tidak
berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan merupakan asset yang
dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat
diidentifikasikan dan sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga.
Misalnya good will, perusahaan harus membebankan biaya
pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan asset tak berwujud saat terjadnya,
kecuali goodwill.
5.2 Analisis Aset Tak Berwujud
Saat kapitalisasi biaya asset tak berwujud
yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya tersebut selanjutnya harus
diamortisasi sepanjang periode masa manfaat asset. Jangka masa manfaat
tergantung pada dari jenis, kondisi permintaan, situasi kompetitif, hokum,
kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya. Misalnya, hak paten merupakan
hak eksekutif yang diberikan pemerintah kepada investor selama periode
tertentu.
5.3 Goodwill ( Menganalisis Aset Tak
Berwujud )
Analisis sering kali
mencurigai asset tak berwujud saat menilai laporan keuangan. Asset tak berwujud
sering kali merupakan salah satu asset berharga yang dimiliki perusahaan dan
sering kali terjadi kesa;ahan penilaian yang serius. Misalnya, good
will dicatat hanya oada saat akuisisi, sebagian besar good
will mungkin terdapat pada neraca. Namun, sering kali good
will tercermin dalam kelebihan laba. Jika kelebihan laba tidak
terbukti, maka good will aik dibeli maupun tidak, hanyalah
bernilai kecil atau bahkan tidak bernilai.
Dalam menganalisis asset tidak berwujud, diperlukan suatu
estimasi sendiri mengenai penilaian asset. Analisis juga harus waspada terhadap
komposisi, penilaian, dan di posisi good will.Good will dihapus
jika klebihan laba mendasari eksistensinya tidak ada lagi.
5.4 Aset Tak Berwujud Tak Tercatat Dan
Kontijensi
Salah satu asset penting dalam kategori ini
adalah good will yang diciptakan secara internal.
Pengeluaran untuk menciptakan good will sering kali diebankan
saat terjadinya. Jika good will diciptakan dan dapat dijual
dan menghasilkan laba yang lebih besar, laba saat ini terlalu rendah karena
pembebanan penegmbangan.
Salah satu asset tak tercatat yang terkait dengan
pembebanan yang terkait dengan elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah
program televises yang dicatat sebesar biaya tersembunyi untuk menghasilkan
penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.
BAB
III
K E S I M P U L A N
DAFTAR
PUSTAKA
Subramanyam
K.R dan Wild, J.J; 2010, Analisi Laporan
Keuangan Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar